Selasa, 27 November 2012

Roadshow 5CM Movie ;)

So..hari ini bener-bener unexpected banget bakal datang di event-nya anak sospol BEM FIB..karena karena niatnya saya emang mau banget nih liat roadshow film ini, bukan karena pingin liat film-nya juga sih, tapi karena pingin liat bang Fedi Nuril ama ko Deni Sumargo ;). Saya yang udah dapat undangan langsung-via chat fb-dari teman saya yang panitia awalnya udah underestimate, saya kira dia boongan bakal ngedatengin Dhony Dirgantoro 'penulis', Bunda 'casting', sama cast-nya 'FULL CAST'!!

Kebayang gak sih awalnya saya mau bolos kelas tapi sayang banget dan ngerelain ikut kelas sambil deg-degan nunggu sms dari si Depi yang udah stand by di audit gedung IX kalau kalau bang fedi ama ko deni muncul? Rasanya tiap ngelirik HP udah blink-blink gak sabar buat ngebuka sms dan baca berharap teman saya akan bilang 'belom ada fat..' dan alhamdulillah sms teman saya bunyinya begitu melulu sampai akhirnya saya keluar kelas..yeay yeay!!!

Sudah saya lupakan mata kuliah siang ini mengenai pendidikan Amerika yang benar-benar menggugah selera--pada awalnya. Tapi sayang nan sayang kekuatan fedi nuril dan ko deni tidak bisa membuat kompromi yang nyata. Haha. Oke saya langsung cabs ke gedung IX bareng teman saya sebut saja --mutgeh. Sebenarnya saya lagi in between in the middle alias galau banget nih karena saya ngajak rapat untuk dekorasi stand bazaar, tapi berhubung semua staff saya pada ada di dalam--baca: nonton roadshow 5cm--saya pun ikut masuk. Dari yang tadi saya berdiri dibelakang dan harus jinjit buat liat bang Fedi yang down to earth banget, gak berapa lama saya bisa maju agak depan dan gak perlu jinjit buat liat ko deniii...yaudah lebailah saya teriak --dengan pelang--ko deniiii..dimana para harem pada teriak 'FEDI NURIIILLL!!!' bahkan nih parahnya ada yang teriak 'FAHRIIIIIII!!!!'

Jadi ternyata kewajiban saya sebagai pemimpin rapat tidak mau diduakan dengan hasrat saya melihat roadshow 5CM, keluarlah saya untuk mulai rapat dan alhasil banyak sekali ya staff saya yang tidak datang--mungkin pengaruh demam roadshow yaa.. Oke rapat dimulai dengan hati dan pikiran saya memikirkan bang fedi dan ko deni. Huhu, saya tambah agak --iri-- saat teman saya yang PUAS nonton datang dan cerita..uhuhu...menyesal deh tadi saya gak bolos AS. Yaudah sih waktu gak bisa diulang.

Tapi, pernah gak sih lo ngerasa beruntung di tengah durian yang jatuh ngenain kepala lo? Nah itu dia maksud saya kalau saya se-dang-be-run-tung-se-ka-li!!!! Jadi saya pulang udah agak mau maghrib tuh, nah saya langsung aja deh buru-buru ke perpus karena mau balikin buku--sedihnya kena denda, kurang sial apa coba? Oke, saya sama teman saya si Novi beli pengganjal perut dulu dan saya beli teh kotak lah--setelah mikir sepuluh menit. Pas saya asyik minum teh kotak nan happy segar ada junior nih datang minta teh kotak, karena wajahnya melas saya kasih ajalah--kurang sial apalagi heh? Dan saat itulah momen dari segala momen kesialan berubah jadi BERUNTUNG dadakan, oh yeah? Iye dooongs..saat teman saya Novi bilang dengan lugunya, 'Fathim, itu Junot (Herjunot Ali)' sambil nunjuk ke arah 1 meter saja dibelakang saya. DAAAMN!Oke saya langsung lari ke depan pintu audit mencari cari cast lain, tentulah bang fedi dan ko deni..eh tapi entah kenapa saya tuh saking bingung atau pongo-nya malah bengong liat tingkah snob-nya si Junot!!! Damn! Oke akhirnya saya masuk ke dalam audit setelah orang teriak deniiii!!! Oke saya langsung buka kamera, damn, kenapa sensor touch screen saya melambat?! Saya pun gak bisa foto, keserundul orang lain, ko Deni pergi dan dikawal oleh pengawal yang sooook jahat banget!

Bersyukur lagi karena ada harem harem alias ciwi ciwi keranjingan foto ama cowok ganteng yang berhasil ko deni sehingga dia mau diajak fotoooo. Thanks!!! Saya pun berusaha membuka kamera HP dengan baik dan ambil gambar ko Deni, eh angle-nya udah bagus tinggal pencet ada pengawal yang menampik tangan saya...batal deh foto yang sempurna itu. Tanpa ragu saya mengikuti ko deni yang diiring keluar lagi..saya setidaknya harus dapat foto!!! Di kepala kepikiran teman di rumah yang jauh disan yang suka banget ama ko Deni, dan entah ko Deni mengingatkan saya pada peristiwa lebron james diangkot yang apa banget deh sama temen saya itu. Haha. Okeee..gak kayak Junot yang berusaha masuk mobil, si ko deni melayani permintaan foto tauuu...dia baiiik banget...senyum ramah..uwoo..damn..saya speechleeeesss deh deket dia sampai mau bilang 'ko, foto dong' aja saya susah. Oke, bye.

Itulah pengalaman sore ini yang amat sangat--hmmm--katro dan lucu dan yah menjadi momen yang gak bisa dilupain dan bikin ngakak deh. Selalu. ;)

ini nih ada poto poto pesenan teman saya yang cantiks-cantiks nan ayu (lho? udah siih..) ;) 


*photo courtesy by Ainun (pic 1), Jalal (Pic 6,7), Me (2,3,4,5)

Senin, 26 November 2012

Summer Love

Sebenarnya sih kita berdua memang berteman. Tidak begitu dekat tapi cukuplah untuk bisa saling mengetahui kegemaran masing-masing. Waktunya sempit sekali, dimulai dari tahun ajaran baru diumur saya yang masih sepuluh tahun, kurang lebih. Sepertinya mungkin sifat saya yang susah menerima lingkungan baru membuat saya hanya bertahan enam bulan di dalam lingkungan itu dan semua berawal terhitung bulan juli sembilan tahun yang lalu.


Saya tidak begitu senang berkumpul dengan dia, terutama karena dia akan memainkan permainan anak laki-laki dan saya perempuan. Saya tidak mau diajak bermain bersama anak laki-laki, sedangkan dia selalu mengharapkan saya untuk ikut, selalu bisa menemukan dimana saya berada. Aneh. Benar, orang yang aneh. Saya rasa mungkin tempat itu sunggulah kecil sehingga dia bisa menemukan saya kapan pun, tapi entahlah, ternyata di luar sana saya bertemu dengannya. Seperti biasa, dia tersenyum, menyambut tangan saya yang kosong dan menariknya, membuat tubuh saya ikut dalam permainannya.

Dia selalu tersenyum dan memegang tangan saya, seolah itu miliknya, selalu ingin duduk di dekat saya seolah saya ini hanyalah seorang yang ada di dunianya. Selalu memberikan senyuman yang saya sama sekali tidak menyukainya tapi saya sangat senang akan keteduhan senyumannya, sesekali. Seperti itulah setiap harinya selama enam bulan. Ayahnya akan menjemput saya dirumah dan saya akan bertemu dengannya lebih awal sebelum pelajaran bahkan belum dimulai. Menyebalkan. Sungguh tidak suka saat melihat dia membuka kaca jendela mobilnya dan meneriakkan nama saya dengan raut wajah bahagia. Menyebalkan. Saya memang harus bersabar untuk bisa keluar dari semuanya.

Tapi benar, semua itu tidak selamanya. Seperti penutupan akhir tahun, saya menutup kegiatan saya di tempat itu. Tidak ada lagi kegiatan di luar yang membuat saya bisa bertemu dengan dia secara kebetulan, sungguh aneh. Sepertinya waktu perlahan menjauhkan jarak kami, tentunya saya bersyukur. Saya tidak perlu takut memikirkan bagaimana saat saya bertemu dengannya nanti, larikah? Atau diam dan mengikuti semua ajakannya? Saya tidak perlu mendengarkan celotehannya yang membosankan, tidak perlu menjadi bahan lelucon dia dan kakak lelakinya, tidak perlu dipermainkan lagi meski saya tahu dia tulus, sangat tulus malah.

But we have to say goodbye,just promise that you won't forget we had it all*

Sembilan tahun berlalu, terkadang sesekali setahun lalu saya tiba-tiba tertawa mengingatnya. Ternyata masa kecil saya lebih berwarna daripada masa remaja saya. Benar kata seorang teman kalau pada saat kita kecil segala sesuatu berjalan seperti biasa, sederhana. Mungkin kamu di luar sana sudah memiliki 'bumi' baru yang siap kamu orbit. Saya masih membayangngkan, menerka-nerka seperti apa kamu sekarang? Masihkan dengan rambut yang lurus itu? Rambut yang kecoklatan kan? Hmm..dan mungkin lebih banyak luka karena kamu sudah jadi seorang 'lelaki' sungguhan sekarang, karena dulu saya tahu kamu sering berkelahi, sok jagoan. 

Kamu tahu hal yang saya benci selama ini yang membuat saya tidak suka kepadamu dan kakakmu yang sok keren itu? Sebuah percakapan yang sungguh merendahkan di siang hari saat kita bertemu di sebuah taman hiburan, ayah kita saling berbincang dan membiarkan saya bermain dengan kalian berdua. Kamu meninggalkanku sendirian dengan kakak-mu yang usil itu. Entah kemana, seingat saya kamu kembali dengan membawa kue marie pemberian ayah saya. Kamu mau tahu apa yang dikatakan kakak-mu yang sok itu?

"Adikku suka kamu..kamu tau nggak? Kamu suka dia nggak?" 

Saya terdiam tidak mengerti ucapan itu, suka? Suka yang bagaimana? Kakakmu yang sok itu kemudian mengenggam tangan saya, seperti yang biasa kamu lakukan. Hmm..entah mengapa saya tidak suka, dia terlalu...genit untuk anak kecil seumuran saya. Meskipun yaa, jarak kami berdua hanya empat tahun.

"Atau kamu suka sama aku ya daripada dia?"

Mungkin itulah kenapa saya benci kalian. Kalian yang masih bocah itu menyebalkan berbicara tentang cinta. Memang kalian tahu apa artinya? Kalian, dua bersaudara yang menyebalkan!


Cause you were mine for the summer
Now we know it's nearly over
You were my summer love
You always will be my summer love
(* One Direction-Summer Love)

Minggu, 25 November 2012

Cliche

Wah sekarang sudah berapa tahun saya ada di dunia? 19 ya? Wah saya tidak menyangka.. waktu rasanya cepat sekali ya, kenapa sih begitu cepat? Saya masih ingat sekali kenangan masa kecil yang seakan menyapa kembali--tidak ingin diduakan. Saya paham mengapa memoar itu menyeruak seakan ingin meneriakkan bahwa dia saja yang perlu diperhatikan. Memang apa saja sih sejumput kenangan bernilai mahal yang pernah saya lewati namun hampir terlupakan tergerus sang zaman? Saya ingin merangkai kembali ingatan itu dan kemudian saya satukan seperti hamparan puzzle yang haus untuk disusun atau sekumpulan mozaik yang ingin diselesaikan. Semua ini hanya untuk satu alasan, agar tak tergerus waktu, tak hilang oleh zaman.

Masih saya ingat wajah lucu kakak saya, dengan pipi bulatnya, bedak tebal yang ditaburkan di wajahnya yang polos, kemudian baju seragam TK warna kuning yang manis, rambut pendek tipis yang disisir klimis oleh Ibu saya. Sekarang dia siap berangkat, menunggu abang becak tetangga sebelah yang siap mengantarnya pergi ke TK yang berjarak dua kilometer dari rumah kami. Setiap hari saya melihat ibu saya mengurusnya, tidak kalah sering bapak saya malah yang menyiapkan segalanya. Di rumah kontrakkan yang nyaman ini keluarga kami hidup, meski waktu itu saya jarang makan oreo, tapi krupuk dengan harga lima puluh perak dan es dengan harga seratus perak sudah cukup mengganjal perut anak kecil seumuran kami yang suka sekali jajan.

Setiap perjumpaan, pastilah ada perpisahan. Setiap kehidupan, pastilah ada kematian. Hidup ini seakan-akan mempunyai siklusnya tersendiri. Hanya Tuhan yang tahu. Nenek saya meninggal. Sebuah pukulan, sebuah kenyataan. Tidak akan ada lagi malam sabtu yang indah bermain dragon atau columbus di Gadjah Mada Plaza, atau sekedar membeli Es Mony, Trakinaz, atau Kue bentuk binatang-binatang, atau es bon bon. Tidak ada lagi yang bakal membangunkan kami di hari minggu dinihari karena bakso Lek Thoyib datang, tidak ada lagi yang akan makan bakso hanya dengan daun kucai dan kuah tanpai diberi saus atau sambal. Tidak ada lagi yang akan memberikan sesuatu yang saya minta dalam sekejap. Segala sesuatunya telah berhenti bersama detak jantungnya. Berakhir, ya itulah namanya perpisahan.

Orang-orang datang dan pergi dalam kehidupan saya begitu saja, tanpa ucapan selamat tinggal tanpa pemberitahuan bahwa dia telah datang. Sama seperti yang dilakukan nahkoda di dalam kapal kami yang hampir karam sepeninggal almarhumah nenek saya. Sang Nahkoda menghilang entah kemana, tanpa kabar, seperti angin. Sepertinya dia tengah menemukan halauan baru untuk kapalnya berlabuh. Kehidupan ini menjadi semakin mencekik ketika kakak saya--si anak manis-- yang kini tengah berusia empat belas tahun berubah menjadi tak terkendali. Lingkungan membuatnya berubah, maklum anak laki-laki. Saya yang entah merasa biasa-biasa saja dengan hidup dan tidak ada yang pernah saya permasalahkan. Kecuali, kehidupan di rumah sangatlah tentram tanpa Sang Nahkoda pada akhirnya.

Sang Nahkoda kembali setelah melewati perjalanan jatuh bangunnya, yang saya tahu pandangan saya telah berubah, untuk apa ada dua nahkoda dalam kapal kami? Saya rasa, ibu saya telah mahir dalam hal navigasi dan ilmu nautika, sehingga tidak perlu lagi dia kembali, ibu saya cukup mengerti bagaimana membawa kapal ini terus dan terus berlayar selagi mampu, tanpa dia tentunya.

Oh, ibu, sungguh, apa yang selalu kupelajari dari dirimu adalah betapa besar hatimu, keikhlasanmu menjalani semua ini. Mungkin banyak diluar sana orang lain sepertimu tapi aku tidak bisa membayangkan orang itu ada disebelah saya, yang membesarkanku selama sembilan belas tahun ini dengan keringatnya, kasih sayangnya. Ibuku yang mengeluh dalam diamnya, ibuku yang menangis dalam sujudnya tiap malam, tapi kau tak pernah mau mengatakan bahwa kau menangis, Bu. Ibu, jangan bertambah tua ya, rambut ibu tidak boleh putih, ibu tidak boleh sakit, ibu harus tetep bisa jalan jauh, ibu tidak boleh langganan ke dokter ya karena sakit hanya untuk orang kaya bu, ibu harus liat saya tumbuh besar dan jadi tua, bahkan ibu harus melihat saya punya uban bagaimanapun caranya. Bahkan kalau boleh, biarkanlah saya yang menanggung rasa sakit yang ibu rasa. Biarlah saya menggantikan tahun-tahun yang ibu lewatkan untuk membesarkan saya, ibu, jangan bertambah tua ya? Ibu harus tetap seperti biasa.


Mother, how are you today? Here is a note from your daughter,
With me everything is ok
(Maywood-Mother How Are You Today)

I Dream, Therefore I Become

a big deal for us having a dream, in this small world we have to elaborate our dreams to become bigger or you want to keep it steady as ever and become a looser, life is your choice that you're living in. So, if you said a dreamer are waste people you're definitely wrong, because we never waste our time for dreaming, we just think about the way to make it comes true in every single day, every single step we take. Tell me your dreams ;)

Pernah nggak sih merasa menginginkan sesuatu tapi sukar diraih atau kita merasa itu terlalu besar atau tinggi untuk diraih? Terkadang kita terlalu pingin menyudahi atau terkena ucapan sekitar kita yang bilang kita 'ngayal' lah atau 'gak realistis' lah, pada intinya sih segala sesuatu gak ada yang gak mungkin--kecuali hal hal absurd yang emang susah buat direalisasikan, itu udah beda cerita.

Saya pernah merasa demikian. Sering malah. Impian saya sih terlalu banyak, terlalu di 'obong-obongi' oleh api revolusi dalam jiwa saya yang siap meledak-ledak, jiwa muda yang seakan tidak pernah puas dengan segala sesuatu yang dinamakan 'hal baru' sehingga saya selalu ikut-ikutan arus umum. Sebanarnya bukan maksud saya untuk menjadi follower, tapi untuk bisa memulai menjadi trendsetter saya harus melihat kecenderungan umum yang ada di dalam sekitar saya, kemudian saat mereka menemui titik jenuh seperti kata law of diminishing return-nya seseorang yang saya-lupa-namanya, barulah saya jadi agent of change yang memberikan suntikan inspirasi.

Well, ternyata nulis gak semudah merealisasikan, seperti kata Heather Sutherland dalam bukunya The Making of Bureaucratic Elite, 'teori boleh aja sih ada tapi kadang teori gak sejalan dengan praktek'. That's the way it is ya dalam hidup emang demikian, segala planning cantik pasti juga gak 'semirip-mirip' ama yang kita pingin banget laah. Tapi setidaknya ada bagian hidup saya yang saya suka, mimpi. Namanya juga mimpi, seminim-minimnya saya ingin mimpi saya jadi kenyataan. Syukur alhamdulillah, selama ini apa yang saya inginkan--yang berbau positif, minus polaroid instax idaman--sudah dapat saya capai. Ya, memang sih belum maksimal-maksimal banget yah, namanya juga masih melalui sebuah proses, mau hasil cepat? Ya pasti nanti hasilnya juga instant juga dan sifatnya temporary. No, i want those dreams long last in my life in my soul..

Kadang sedih, iri, greget ngeliat beberapa teman SMP yang udah go international ngenalin culture indonesia ke luar negeri. Ya meskipun cuma di Asia Tenggara sini tapi mereka udah keren banget bisa have their own very first passport, yang mereka buat atas usaha sendiri dan perjuangan sendiri, ikutan program exchange. Kadang miris mikirin saya sebagai salah satu mahasiswa universitas mentereng belum bikin terobosan satu pun exchange, yah minimal exploring negeri sendiri aja masih nol. Nol banget, do nothing and no progress.

Ah, yaudah sih daripada saya meratapi hidup yang miris the only and only yang harus saya lakukan adalah fix my ability in speaking more than one language..english will be my priority..yah belajar american english lah, atau afro-american dialects pasti keren, banyak mau. Bismillah saja meski gak belajar bahasa inggris dengan bener, nulisnya masih salah-salah grammar, pas tes toefl ada keajaiban sehingga bisa nyampai 550, Amin. Oke dari sekian banyak mimpi saya, yang saya mau banget dan banget--bukan mau aja--adalah..teng teng...
 
Study Abroad yeah!!

yah tidak bisa dipungkiri semua orang juga berpikir demikian, tapi i bet mimpi saya ini beda daripada yang lain, bedaaaa lah. Setiap orang memang  boleh punya mimpi yang sama, tapi kontennya itu lho berbeda dan semangatnya sudah berbeda. Yang jelas saya susah menjelaskannya bagaimana, pokoknya beda aja. Jadi impian saya adalah kuliah di salah satu uni di Amerika, it must be ivy league, tapi sepertinya itu terlalu tinggi yah..tapi bolehlah saya bermimpi tentang Hardvard, dulu toh saya juga mimpi tentang UI, gak ada salahnya kan?

Maunya sih masuk Princeton atau yaah bisa masuk Cornell University, heehe. Jurusannya sih maunya Woman and Gender atau Southeast Asia Studies. Why? Alasannya? Hmm..Princeton deket sama rumahnya Albert Einstein di Jersey dan dulu Einstein pernah ngajar disana, jadi saya kepingin lihat sculpture-nya beliau dan merasakan zeitgeist-nya ala Einstein. Haha, terus kalau Cornell, hmm..apa yah, karena saya masuk jurusan sejarah, dan literature yang saya pake kebanyakan ditulis orang Cornell, dosen saya juga menyarankan saya belajar sejarah dengan 'liberal' di Cornell jangan di Leiden..hehe..Amin ya Allah, sekarang things i have to do is that belajar, bikin paper yang menarik dan berkualitas, dan fix my language problems. Bismillah saya bisa 'merayu' dosen luar untuk mempromosikan saya beasiswa S2..Amin Ya Allah..i do believe in what Mas Bondan said, 'Just fix your english, keep your GPA, get 550 toefl score, write a letter or e-mail to the uni which you choose, and they will grant your request..easy to study abroad, it depends on your will..'

Jumat, 23 November 2012

Delusi

Sungguh indah, tapi tak bisa dimiliki, tak seorang pun bisa
Sosok yang terkungkung dalam dunia kecilnya sendiri
Sepertinya keindahan sang dewi pun tak mampu membuatnya berpaling
bahkan hanya untuk sedikit mengintip ke arah sosok cantik yang berhasil mencuri lirikan para adam
Itu membuatku sedikit risih, sedikit bertanya,
makhluk apakah kau ini? punya hati kah? 
atau kau hanya memiliki hati yang sudah membeku seperti bongkahan balok es?

Mungkin itulah fase dimana sebuah es perlahan mencair
membasahi tiap rerumputan yang kering dan menyegarkan tanah yang berabad-abad tandus
hanya satu hal saja bisa membuat segalanya berubah
tiada lagi sosok yang sulit diraih itu
tiada lagi sosok yang terkungkung dalam dunianya sendiri
tiada lagi sosok yang membeku seperti balok es
hanya sosok indah yang semakin lama terlihat indah
saat dia meniupkan angin sejuk yang menyapa kala sore
saat dia mengguyurkan tetesan air di negeri tandus tanpa oasis
saat dia mencoba berkata di tengah kesulitanya untuk berkata
sangat segar sekali seperti bongkahan es yang mencair dan membasahi tiap bagian yang kering

tapi semuanya terasa sakit kemudian
orang memanggilku dan menyangka aku ini gila
lihatlah pada cermin, kata mereka padaku
aku lihat sosokmu itu disana, tapi tidak ada kata mereka
oh, sungguhkah ini hanya sebuah mimpi saja?
tapi aku terbangun, aku merasakan, setiap detail, hingga hal terkecil pun aku merasakan
sosokmu nyata tapi benar orang tidak melihatmu
sosokmu menari-nari seakan ingin menertawakan orang-orang itu
aku tersenyum kecil, menanggapi setiap detail lekukan yang kau lakukan
benar, orang-orang lah yang gila, bukan aku, pikirku
kunikmati setiap desiran dan memandang sosokmu yang sunggu indah itu


I know you’re not far away, I close my eyes and I still see you
Lying here next to me, Wearing nothing but a smile 
(Standing in The Dark-Lawson)