Selasa, 04 Desember 2012

To Make A Difference

Kenapa memilih Sejarah Amerika kalau kamu aja dari Indonesia--kawasan Asia Tenggara-- kenapa gak belajar tentang negeri kamu sendiri? atau kenapa kamu milih Amerika? Kan kamu orang Indonesia, makannya pun juga gak roti.

Ya, benar, saya orang Indonesia totok yang gak tau apa-apa tentang negeri saya sendiri. Boleh di kata negara Asean ada sepuluh atau sebelas aja saya lupa-lupa ingat. Jangankan Asean, beberapa hal tentang indonesia seperti pulau-pulau atau bahkan masalah sepele saja saya kurang tau. Apatis.

Tapi saya gak suka kalau dibilang gak nasionalis. Berat sih saat bawa kata nasionalis, tapi ya untuk menyatakan sikap loyal kepada negara definisi kita adalah nasionalisme. Saya nasionalis kok meski gak banget-banget tau tentang negara saya. Nasionalis kan tidak harus ditunjukkan dengan menghafalkan pancasila, UUD 1945, lagu kebangsaan atau upacara bendera. Sekarang nasionalis bisa ditunjukkan dengn berbagai cara, dari cara menulis misalnya. Menulis tentang wawasan nusantara yang bisa memperkenalkan Indonesia, mungkin.

Saya tidak suka saja saat orang men-judge saya belajar sejarah negara orang karena melupakan negara sendiri. Nope. Saya punya argumen kuat untuk itu dan pernyataan dosen saya membuat saya lebih hidup dalam keputusan yang saya ambil, meski kadang malu, saya gak kenal rumpun saya sendiri. Jadi, mengapa Amerika? Satu hal yang saya pelajari adalah karakter mereka yang bisa membuat bangsa yang benar-benar baru, bisa jadi penguasa sekarang. Karakter itulah yang ingin saya pelajari dari mereka, sebuah karakter yang dijiwai oleh puritanisme yang mereka bawa dari kampung halamannya di Inggris. Untuk mengubah karakter Indonesia menjadi seperti karakter orang Amerika memang bukan hal yang mudah. Yang namanya sudah 'mendarah daging' dari kecil membuat suatu karakter tuh susah dilepas. Tapi bukan berarti tidak mungkin juga. Jadi, saat kita ingin bisa meniru sesuatu yang baik dari orang lain, apa yang harus kita lakukan? Jawaban terbaik adalah perkataan dosen saya yang benar-benar sama dengan apa yang saya pikirkan: 'Saya tertarik dengan Amerika. Karakter mereka, bagaimana mereka bisa membangun negeri dari nol sampai benar-benar settle, nah itulah yang membuat saya penasaran apa yang mereka punya dan tidak dipunya oleh negara saya. Saya ingin mengubah karakter Indonesia, karena itu saya belajar dari negara yang sudah pernah melewati proses demikian dan sekarang menjadi besar. Itulah alasan saya belajar sejarah Amerika'

See? Banyak keuntungan sebenarnya saat saya belajar sejarah Amerika, salah satunya adalah 'tidak merasa Amerika tuh bagus sekali dan gak pernah susah'. Kalau menganggap Amerika bener-bener gak punya masalah, itu salah besar. Setelah saya belajar selama hampir empat bulan ini, saya bisa melihat bahwa masalah kompleks Indonesia tuh juga pernah ada di Amerika, mungkin eksekusi bangsa kita yang salah sehingga merambat pada masalah kekinian. Semua itu kembali pada masalah karakter, untuk itulah saya ingin menjadi stalker yang 'mencuri' ilmu dari Amerika. 

Saya sih jika suatu hari nanti diberi kesempatan untuk settle dalam sebuah kehidupan yang lebih baik di Amerika, saya berusaha itu hanya sebatas pekerjaan. Saya masih punya rumah, saya masih punya negeri yang harus dibangun, saya tidak mau negara saya menangis karena pemudanya beralih kewarganegaraan. Saya mau memberi sesuatu pada negara saya meski belum tentu saya mendapatkan balasan atau dikenal namanya. Kita semua tidak butuh itu, namanya juga memberi, ya harus ikhlas dong. Namanya juga mencerdaskan, ya adalah nanti sesuatu yang lebih berharga daripada sebuah pujian di kolom koran atau publikasi di TV atas prestasi kamu. 

Sebagai refleksi tentang bagaimana kita di mata dunia, ada sebuah kutipan buku 'Pandangan dan Gejolak' karya W.H. Frederick, yang menuliskan tentang pandangan orang Jepang terhadap orang Indonesia zaman dulu:

"Sebagian orang Jepang menganggap orang Indonesia itu pemalas, kekanan-kanakan, dan tenang, serta mengagumi sistem kolonial Belanda, yang dipandang efisien dan produktif. Yang secara sempurna mempertahankan tata krama (rust en orde)."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar