pingin pindah deh, kumpul sama orang-orang yang rasional meski gak mikirin tentang jati diri. Yah mending ngumpul sama orang yang individualis sekalian daripada orang yang 'katanya' kompak suka bareng-bareng, yang katanya 'sodara' yang katanya udah ngelewatin semua bareng sampe tidur bareng --satu kamar-- tapi kenyataannya pada nyampah aja.
ya tau sih saya juga jarang kumpul, saya gak seperti rexona yang setia setiap saat, saya nggak selalu ada buat mengurus a little thing you called nongkrong di tempat tongkrongan, even kenal ama semua petinggi-petinggi. Saya ya hanya bisa berada di balik layar saya gak bisa bergaul dengan situasi yang baru ini. Cupu. Tapi saya masih mau kok membuat perkumpulan kita maju. Tapi dengan cara lain.
jangan mencoba cari kesalahan setiap orang dong, mentang-mentang ada yang muda dan ada yang dipertuakan. Kalau memang pemikiran saya salah saya memang pantas disalahkan tapi kenapa saat anda yang salah anda mulai mencoba mencari pembenaran pada diri anda? Tidakkah perkumpulan ini hanyalah tempat untuk para orang munafik yang sok bijak saat semuanya berantakkan dan cuma berani dibelakang. Nol, omong kosong kalau kata Mas Is. Kadang saya ingin bicara, ingin memprotes, tapi kenapa semuanya selalu ingin menyanggah dengan kata, 'Ya sekarang lo udah mikir belum baiknya gimana?', kayak kata mereka benar aja.
Apakah loyalitas pada perkumpulan hanya ditunjukkan dengan mampir ke tempat tongkrongan, say hi sama tetuah, ngikutin apa yang mereka mau? Haha, baru sadar gak lama-lama kita di babu sama mereka.. ya emang, yang muda gak boleh bicara, yang muda yang jadi babu. Saya merasa bersalah dengan teman-teman yang ada di luar garis, yang punya banyak ide untuk mengembangkan perkumpulan ini tapi tersandung dengan embel-embel gelar. Dasar feodal! Malu, malu aja liat mereka yang bisa berkembang padahal mereka ada di luar perkumpulan.
saya ingin bebas, tapi saya gak tau harus bagaimana. Masih mau buka kuping dengerin order mereka, atau mulai berani bicara?