Minggu, 16 Januari 2011
Happy Birthday.
Happy Birthday. I forgot how to say that words since no one in my family celebrate birthday party. Maybe since our childhood time. But now, i wanna say happy birthday to my little sister. Happy 8th birthday, dear. If you were here, i would sing birthday song for you. Hehehe..But someday, i will. Once again, Happy Birthday dear!!
To: All IPA people in SMA (If you're the one in this case)
Blogwalking tapi dapat hal yang bikin saya menggerutu kesal berulang kali sambil memikirkan hal yang selalu dan selalu menjadi perang yang lebih buruk dari perang dingin yang baru dibahas di kelas sejarah beberapa hari lalu. Perang yang lebih panas daripada perang dunia 2 yang akhirnya menumbuhkan solidaritas bangsa-bangsa sedunia. Perang yang paling konyol dari perang yang cuma terjadi 45 menit saja ataupun perang cuma gara-gara hewan.
Saya ingin tanya kepada semua orang di dunia atau setidaknya yang peduli dengan pertanyaan saya dan beberapa teman-teman saya. Kenapa kalau kita masuk IPS? Emangnya IPS selalu gagal apa? Emangnya IPS kagak punya duit apa? Emangnya IPS cuma bisa bikin rusuh? Emangnya IPS cuma 'Ikatan Pelajar Santai' Doang? Emangnya IPS cuma hafalan aja udah bisa? Hello people!!! Wake up!! IPS is not as easy, happy or like the way you think all this time.
Anak IPS tidak hanya menghafal, menghafal, dan menghafal. Kami harus memikirkan sebuah solusi saat kami mendapatkan tugas membuat business plan. Kami harus memikirkan analisa SWOT yang paling mungkin, kami harus memikirkan job specification yang pas untuk usaha kami, kami harus tahu dengan jelas gimana jadi broker atau semacamnya, cara ekspor impor dan kami harus tahu dengan pasti give and take agar jadi orang sukses dan berguna. Tentunya dalam IPS kami mempelajarinya, memang tidak ada rumus. Bayangkan anda mencari sesuatu yang tidak ada rumus dan harus tepat. Yap, ekspektasi. Itulah yang kami pelajari sebagai anak IPS. Kami mengekpektasikan sesuatu. Kami harus tahu bagaimana pasar dan sebagainya. Kami harus bisa memandang pasar. Kami tidak hanya menghafal. Kami menganalisis soal. Dan antara menghafal dan menganalisis soal itu beda. Menganalisis berarti jawaban yang terdapat pada soal hampir semua benar. Jika menghafal, kami menghafal sebuah pengertian tertentu dan jawabannya pasti ada dan sama. Nyatanya tidak. Soal UAN pun kami harus mencari jawaban yang paling matching diantara yang matching.
Saat akuntansi, kami harus membuat laporan keuangan. Kami yang rata-rata lemah dalam berhitung memang terkadang mengalami kesulitan dalam perhintungan. Kami pakai kalkulator. Tapi kami menjamin dan berusaha dalam laporang keuangan kami tidak ada kesalahan. Kami mengerjakannya meski harus dengan menggerutu dan banyak tipe-x di kertas kerja kami. Kami memang kesal menghitung, tapi inilah major kami. Kami menjalaninya dengan senyum jika paper kami sudah tuntas.
Saya tidak menyalahkan atau berusaha mencari kambing hitam atau mengajak anak IPA bertarung. Bukan. Saya hanya ingat satu hal yang pernah membuat saya kesal. Saya tidak dendam, tapi saya ingat kata-kata ini setiap kali mereka merendahkan IPS
dua tahun lalu...
B: kamu mau masuk jurusan mana?
V:IPA lah. Lha kamu?
B:sama. Lha ngapain masuk IPS? Gila tah? Ntar aku sekelas sama Bk, Bu, Ay dll. Gak karuan deh.
V:Haha. Heh, kamu mau masuk mana?
Saya:IPS.
B:Gak salah?
Saya:Nggak. Pingin aja. Kenapa?
B:siap-siap aja ketemu mereka-mereka. Apa itu jurusan IPS?! haha. Semoga aku nggak masuk IPS!
Mereka bilang begitu. Tapi pas sekarang sudah banyak PMDK atau tes masuk Univ. mereka malah bilang ingin masuk manjemen, akuntansi, hukum, politik, dll. Itu kan juga ada unsur IPS nya?!! Dulu katanya nggak mau masuk IPS. Kan itu Fak.-nya anak IPS juga?! Jadi kalian nggak ada bedanya dengan kami anak IPS. Toh, anak IPA nantinya juga ada yang ingin masuk dan menjadi bagian dari kami.
Jadi, sekarang saya tegaskan. Tidak ada jurusan yang baik, yang buruk, yang buangan, yang prospek. Semua itu tergantung bagaimana kita, bukan? Jika kita serius dan 100%, kita akan mendapatkan hasil yang maksimal begitu juga sebaliknya. Jadi, IPS bukan buangan, IPS bukan kelas anak-anak nakal, IPS jurusan yang masih jadi favorit di universitas. IPA dan IPS tidak ada bedanya. We're students, we're learning, we're studying, we're just the same altough in different choice.
Saya ingin tanya kepada semua orang di dunia atau setidaknya yang peduli dengan pertanyaan saya dan beberapa teman-teman saya. Kenapa kalau kita masuk IPS? Emangnya IPS selalu gagal apa? Emangnya IPS kagak punya duit apa? Emangnya IPS cuma bisa bikin rusuh? Emangnya IPS cuma 'Ikatan Pelajar Santai' Doang? Emangnya IPS cuma hafalan aja udah bisa? Hello people!!! Wake up!! IPS is not as easy, happy or like the way you think all this time.
Anak IPS tidak hanya menghafal, menghafal, dan menghafal. Kami harus memikirkan sebuah solusi saat kami mendapatkan tugas membuat business plan. Kami harus memikirkan analisa SWOT yang paling mungkin, kami harus memikirkan job specification yang pas untuk usaha kami, kami harus tahu dengan jelas gimana jadi broker atau semacamnya, cara ekspor impor dan kami harus tahu dengan pasti give and take agar jadi orang sukses dan berguna. Tentunya dalam IPS kami mempelajarinya, memang tidak ada rumus. Bayangkan anda mencari sesuatu yang tidak ada rumus dan harus tepat. Yap, ekspektasi. Itulah yang kami pelajari sebagai anak IPS. Kami mengekpektasikan sesuatu. Kami harus tahu bagaimana pasar dan sebagainya. Kami harus bisa memandang pasar. Kami tidak hanya menghafal. Kami menganalisis soal. Dan antara menghafal dan menganalisis soal itu beda. Menganalisis berarti jawaban yang terdapat pada soal hampir semua benar. Jika menghafal, kami menghafal sebuah pengertian tertentu dan jawabannya pasti ada dan sama. Nyatanya tidak. Soal UAN pun kami harus mencari jawaban yang paling matching diantara yang matching.
Saat akuntansi, kami harus membuat laporan keuangan. Kami yang rata-rata lemah dalam berhitung memang terkadang mengalami kesulitan dalam perhintungan. Kami pakai kalkulator. Tapi kami menjamin dan berusaha dalam laporang keuangan kami tidak ada kesalahan. Kami mengerjakannya meski harus dengan menggerutu dan banyak tipe-x di kertas kerja kami. Kami memang kesal menghitung, tapi inilah major kami. Kami menjalaninya dengan senyum jika paper kami sudah tuntas.
Saya tidak menyalahkan atau berusaha mencari kambing hitam atau mengajak anak IPA bertarung. Bukan. Saya hanya ingat satu hal yang pernah membuat saya kesal. Saya tidak dendam, tapi saya ingat kata-kata ini setiap kali mereka merendahkan IPS
dua tahun lalu...
B: kamu mau masuk jurusan mana?
V:IPA lah. Lha kamu?
B:sama. Lha ngapain masuk IPS? Gila tah? Ntar aku sekelas sama Bk, Bu, Ay dll. Gak karuan deh.
V:Haha. Heh, kamu mau masuk mana?
Saya:IPS.
B:Gak salah?
Saya:Nggak. Pingin aja. Kenapa?
B:siap-siap aja ketemu mereka-mereka. Apa itu jurusan IPS?! haha. Semoga aku nggak masuk IPS!
Mereka bilang begitu. Tapi pas sekarang sudah banyak PMDK atau tes masuk Univ. mereka malah bilang ingin masuk manjemen, akuntansi, hukum, politik, dll. Itu kan juga ada unsur IPS nya?!! Dulu katanya nggak mau masuk IPS. Kan itu Fak.-nya anak IPS juga?! Jadi kalian nggak ada bedanya dengan kami anak IPS. Toh, anak IPA nantinya juga ada yang ingin masuk dan menjadi bagian dari kami.
Jadi, sekarang saya tegaskan. Tidak ada jurusan yang baik, yang buruk, yang buangan, yang prospek. Semua itu tergantung bagaimana kita, bukan? Jika kita serius dan 100%, kita akan mendapatkan hasil yang maksimal begitu juga sebaliknya. Jadi, IPS bukan buangan, IPS bukan kelas anak-anak nakal, IPS jurusan yang masih jadi favorit di universitas. IPA dan IPS tidak ada bedanya. We're students, we're learning, we're studying, we're just the same altough in different choice.
Jumat, 14 Januari 2011
Seandainya....
Kemarin saya mendapati ucapan yang saya sendiri juga pernah mengatakannya. Seperti de javu. Guru sosiologi saya mengatakan:

Ya, itu sangat benar. Menyesal di awal? Terdengar aneh tapi bukan berarti tidak mungkin. Namun, selama ini kita selalu menyesal di akhir. Itulah menyesal. Di awal terasa aneh, di akhir terasa menyusahkan.
Saya memang tak paham benar apa yang harus kita lakukan dalam rangka menghindari sebuah penyesalan. Yang saya yakin dan saya tahu adalah berusaha untuk memikirkan segala sesuatu yang akan kita putuskan. Bagus atau tidaknya tergantung bagaimana kita menyikapinya. Tidak selalu mengambil risiko di depan akan menghadapkan kita pada sebuah penyesalan. Sebaliknya, mengambil sebuah kesenangan di depan seringkali menghadapkan kita pada penyesalan. Penyesalan akan kesenangan jika kesenangan tersebut pergi.
Mencoba bijak memang bukan hal yang mudah. Mungkin, guru saya bisa berkata seandainya. Jauh dalam hati saya, saya juga berharap 'seandainya' guru saya bisa terwujud. Sebenarnya bukan saya saja yang ingin begitu. Saya yakin semuanya ingin. Jadi, hal utama yang kita lakukan adalah berpikir sambil bertindak, bertindak sambil berpikir. Kalimat itu saya kutip dari perkataan guru MC saya tentang kemampuan seorang MC yaitu 'ngomong sambil mikir, mikir sambil ngomong'. Itu tak jauh berbeda saat kita juga berusaha menghindari yang namanya penyesalan. Take a risk, take a responsibility.

'Andai saja penyesalan itu ada di awal. Pasti orang-orang tidak akan berbuat sesuatu yang sia-sia. Tapi, penyesalan itu selalu terakhir-terakhir'.
-Bu Purwani-
-Bu Purwani-
Ya, itu sangat benar. Menyesal di awal? Terdengar aneh tapi bukan berarti tidak mungkin. Namun, selama ini kita selalu menyesal di akhir. Itulah menyesal. Di awal terasa aneh, di akhir terasa menyusahkan.
Saya memang tak paham benar apa yang harus kita lakukan dalam rangka menghindari sebuah penyesalan. Yang saya yakin dan saya tahu adalah berusaha untuk memikirkan segala sesuatu yang akan kita putuskan. Bagus atau tidaknya tergantung bagaimana kita menyikapinya. Tidak selalu mengambil risiko di depan akan menghadapkan kita pada sebuah penyesalan. Sebaliknya, mengambil sebuah kesenangan di depan seringkali menghadapkan kita pada penyesalan. Penyesalan akan kesenangan jika kesenangan tersebut pergi.
Mencoba bijak memang bukan hal yang mudah. Mungkin, guru saya bisa berkata seandainya. Jauh dalam hati saya, saya juga berharap 'seandainya' guru saya bisa terwujud. Sebenarnya bukan saya saja yang ingin begitu. Saya yakin semuanya ingin. Jadi, hal utama yang kita lakukan adalah berpikir sambil bertindak, bertindak sambil berpikir. Kalimat itu saya kutip dari perkataan guru MC saya tentang kemampuan seorang MC yaitu 'ngomong sambil mikir, mikir sambil ngomong'. Itu tak jauh berbeda saat kita juga berusaha menghindari yang namanya penyesalan. Take a risk, take a responsibility.
Selasa, 11 Januari 2011
Dari Kembang Api Malam Tahun Baru sampai Love in Perth Besok Paginya
10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, DUARR!!!
Heboh. Sangat heboh. Padahal malam itu masih pukul 23.50. Tapi semuanya sudah pada countdown. Dan akhirnya diiringi dengan suara menggema dan cahaya-cahaya kekuningan yang terlihat dari jendela kamar saya. Kalau saya menggambarkannya saat itu suasananya mirip sekali dengan rumah yang berada di tengah-tengah perang. Dan jujur, saya sangat takut sampai-sampai saya tutup telinga dengan guling. Dan saya mengutuk-ngutuk orang yang membuat kembang api karena kedahsyatan ledakkannya lumayan memekakkan telinga dan membuat saya takut setengah mati kalau-kalau kembang apinya jatuh di atas atap kamar saya. Haha.
Dengan adanya kembang api yang kurang lebih 10 menitan itu, menunjukkan pergantian tahun. Menunjukkan bahwa saya sudah selangkah lebih dekat meninggalkan masa-masa yang sudah saya alami di tahun 2010. Suka duka yang sudah ditempuh di tahun yang lalu semoga bisa menjadi pelajaran hidup dan menjadikan saya lebih dan lebih bijaksana ke depannya. Amin.
Tidak ada yang spesial di malam tahun baru kemarin. Saya hanya bengong di depan TV, makan bakpao dan gorengan hangat sambil nonton film-film yang diputar di salah satu stasiun TV swasta. Juga, dengerin suara orang-orang nyanyi dari pujasera di seberang rumah.
Besok paginya saya:
1) Mendatangi SIP untuk mendapatkan informasi tentang universitas. Saya datang telat tapi seperti biasa acaranya belum mulai. Saya langsung menyerbu UI. Dan herannya, saya ini mau minta informasi pendidikan atau mampir mau minta coklat ama kue ya? Soalnya kakak kelas alumni sekolah saya yang memberi informasi menyuguhi kami dengan coklat yang super duper enak. Dan saya juga mendapatkan informasi yang mengena mengenai UI. Tapi kadan-kadang saya juga bingung lihat mbak-mbaknya yang pada histeris menceritakan UI. Hehe. Malah sempat bahas bu Miranda Goeltom. Haha. Saya masih loading lama buat menerjemahkan siapa beliau.
2) Masih ada di acara SIP, saya bingung mencari si Senna mau masuk Univ. mana. Saya celingukan mencari Senna tapi nggak ketemu. Eh, pas lewat tangga, malah liat si Senna. hehe. Dan saya melakukan hal bodoh dengan sok bingung. Tapi memang benar-benar bingung. hehe. Saya jadi tahu Senna mau masuk mana.
3) Saya pergi ke Matos dengan teman saya Irma. Kami tidak punya tujuan jelas mau apa kesana. Akhirnya kami hanya berputar-putar tidak jelas sambil hunting jam tangan. Obsesi si Irma sih ngoleksi jam tangan gitu. Jadi dia meminta saya menjadi juri untuk memilihkannya jam tangan terbaik. Dan berulang kali saya tidak bisa mengalihkan mata dari jam tangan Ripcurl warna putih-pink. Dan, Irma ternyata suka dengan usul saya. Jadilah jam tangan Ripcurl putih-putih dipakai si Irma langsung. Fresh. Tepatnya langsung dipamerin.
4) Kami langsung ke foodcourt setelah beli jam. Sebenarnya tujuan kami mau liat mas keren yang kerja disitu. Tepatnya si Irma yang kepingin. Hehehe. Tapi ternyata mas X nggak kerja hari itu. Jadilah Irma celingukan dengan harap-harap cemas. Sampai saya ngomong kayaknya dia nggak dengar.
5) LOVE IN PERTH!! Gak tau kenapa ketika lihat poster tuh film saya jadi kecantol. Padahal saya anti film lokal biasanya. Mendingan pinjam dvd/vcd-nya. Tapi, sore itu ada suatu kekuatan yang sangat dahsyat yang membuat saya berpikir dua kali dan akhirnya memutuskan untuk nonton sendirian. Nonton bioskop sendirian itu sebenarnya seru. Tapi nggak enaknya kalau lucu kita nggak bisa sharing ama teman di bangku sebelah. Pas noleh pingin bilang kalau filmnya lucu, bagus atau romantis, eh, disebelah bukan temen kita. Malah mbak-mbak dengan rambut gimbal dan poni lempar yang lagi asyik BBM-an. Atau di sisi lain ada mbak-mbak yang lagi sandaran di pundak pacarnya. Asyiknya sih banyak. Seru. Believe or not, nonton sendirian itu bikin kita bisa relaks sejenak dari hingar bingar sekitar. Bisa ngilangin rasa bosan karena selalu bertemu orang-orang itu saja. Do try!!!
6) Masih Love in Perth. Filmnya bagus. Bagus banget malah. Inilah film penyegaran dimana kita dibawa kedalam sebuah persepsi berbeda, keluar dari image film indonesia yang penuh dengan permainan horor dan bumbu-bumbu pornografi lainnya -yang sebenarnya harus di rate agar tidak menyebabkan salah kaprah pada penonton meskipun filmnya komedi sekalipun. Gita Gutawa, Petra Sihombing dan Derby memainkan perannya sesuai dengan umur mereka. Jai bisa ditonton segala kalangan sih. Tapi ada juga sedikit kekurangan. Diantara tokoh ada percakapan yang dilakukan dalam bahasa inggris. oke, banyak orang Indonesia yang sudah menjadikan bahasa inggris sebagai bahasa kedua mereka. Tapi, nggak semua orang indonesia kan? Jadi, lebih baik kalau dikasih translate-nya. Supaya pihak-pihak yang nonton nggak bingung. Kan yang nonton bioskop nggak kalangan atas doang. Tapi keseluruhan....KEREN!!!! Hehehe.
Last but not least, saya mengutip sebuah quote yang keren. Inspiratif.
*taken from GoGirl! Magz, Jan 2011.
Heboh. Sangat heboh. Padahal malam itu masih pukul 23.50. Tapi semuanya sudah pada countdown. Dan akhirnya diiringi dengan suara menggema dan cahaya-cahaya kekuningan yang terlihat dari jendela kamar saya. Kalau saya menggambarkannya saat itu suasananya mirip sekali dengan rumah yang berada di tengah-tengah perang. Dan jujur, saya sangat takut sampai-sampai saya tutup telinga dengan guling. Dan saya mengutuk-ngutuk orang yang membuat kembang api karena kedahsyatan ledakkannya lumayan memekakkan telinga dan membuat saya takut setengah mati kalau-kalau kembang apinya jatuh di atas atap kamar saya. Haha.
Dengan adanya kembang api yang kurang lebih 10 menitan itu, menunjukkan pergantian tahun. Menunjukkan bahwa saya sudah selangkah lebih dekat meninggalkan masa-masa yang sudah saya alami di tahun 2010. Suka duka yang sudah ditempuh di tahun yang lalu semoga bisa menjadi pelajaran hidup dan menjadikan saya lebih dan lebih bijaksana ke depannya. Amin.
Tidak ada yang spesial di malam tahun baru kemarin. Saya hanya bengong di depan TV, makan bakpao dan gorengan hangat sambil nonton film-film yang diputar di salah satu stasiun TV swasta. Juga, dengerin suara orang-orang nyanyi dari pujasera di seberang rumah.
Besok paginya saya:
1) Mendatangi SIP untuk mendapatkan informasi tentang universitas. Saya datang telat tapi seperti biasa acaranya belum mulai. Saya langsung menyerbu UI. Dan herannya, saya ini mau minta informasi pendidikan atau mampir mau minta coklat ama kue ya? Soalnya kakak kelas alumni sekolah saya yang memberi informasi menyuguhi kami dengan coklat yang super duper enak. Dan saya juga mendapatkan informasi yang mengena mengenai UI. Tapi kadan-kadang saya juga bingung lihat mbak-mbaknya yang pada histeris menceritakan UI. Hehe. Malah sempat bahas bu Miranda Goeltom. Haha. Saya masih loading lama buat menerjemahkan siapa beliau.
2) Masih ada di acara SIP, saya bingung mencari si Senna mau masuk Univ. mana. Saya celingukan mencari Senna tapi nggak ketemu. Eh, pas lewat tangga, malah liat si Senna. hehe. Dan saya melakukan hal bodoh dengan sok bingung. Tapi memang benar-benar bingung. hehe. Saya jadi tahu Senna mau masuk mana.
3) Saya pergi ke Matos dengan teman saya Irma. Kami tidak punya tujuan jelas mau apa kesana. Akhirnya kami hanya berputar-putar tidak jelas sambil hunting jam tangan. Obsesi si Irma sih ngoleksi jam tangan gitu. Jadi dia meminta saya menjadi juri untuk memilihkannya jam tangan terbaik. Dan berulang kali saya tidak bisa mengalihkan mata dari jam tangan Ripcurl warna putih-pink. Dan, Irma ternyata suka dengan usul saya. Jadilah jam tangan Ripcurl putih-putih dipakai si Irma langsung. Fresh. Tepatnya langsung dipamerin.
4) Kami langsung ke foodcourt setelah beli jam. Sebenarnya tujuan kami mau liat mas keren yang kerja disitu. Tepatnya si Irma yang kepingin. Hehehe. Tapi ternyata mas X nggak kerja hari itu. Jadilah Irma celingukan dengan harap-harap cemas. Sampai saya ngomong kayaknya dia nggak dengar.
5) LOVE IN PERTH!! Gak tau kenapa ketika lihat poster tuh film saya jadi kecantol. Padahal saya anti film lokal biasanya. Mendingan pinjam dvd/vcd-nya. Tapi, sore itu ada suatu kekuatan yang sangat dahsyat yang membuat saya berpikir dua kali dan akhirnya memutuskan untuk nonton sendirian. Nonton bioskop sendirian itu sebenarnya seru. Tapi nggak enaknya kalau lucu kita nggak bisa sharing ama teman di bangku sebelah. Pas noleh pingin bilang kalau filmnya lucu, bagus atau romantis, eh, disebelah bukan temen kita. Malah mbak-mbak dengan rambut gimbal dan poni lempar yang lagi asyik BBM-an. Atau di sisi lain ada mbak-mbak yang lagi sandaran di pundak pacarnya. Asyiknya sih banyak. Seru. Believe or not, nonton sendirian itu bikin kita bisa relaks sejenak dari hingar bingar sekitar. Bisa ngilangin rasa bosan karena selalu bertemu orang-orang itu saja. Do try!!!
6) Masih Love in Perth. Filmnya bagus. Bagus banget malah. Inilah film penyegaran dimana kita dibawa kedalam sebuah persepsi berbeda, keluar dari image film indonesia yang penuh dengan permainan horor dan bumbu-bumbu pornografi lainnya -yang sebenarnya harus di rate agar tidak menyebabkan salah kaprah pada penonton meskipun filmnya komedi sekalipun. Gita Gutawa, Petra Sihombing dan Derby memainkan perannya sesuai dengan umur mereka. Jai bisa ditonton segala kalangan sih. Tapi ada juga sedikit kekurangan. Diantara tokoh ada percakapan yang dilakukan dalam bahasa inggris. oke, banyak orang Indonesia yang sudah menjadikan bahasa inggris sebagai bahasa kedua mereka. Tapi, nggak semua orang indonesia kan? Jadi, lebih baik kalau dikasih translate-nya. Supaya pihak-pihak yang nonton nggak bingung. Kan yang nonton bioskop nggak kalangan atas doang. Tapi keseluruhan....KEREN!!!! Hehehe.
Last but not least, saya mengutip sebuah quote yang keren. Inspiratif.
If you simply cannot make the right decision, make a decision and then make it right.*
-Dale Adams-
*taken from GoGirl! Magz, Jan 2011.
Langganan:
Postingan (Atom)