Blogwalking tapi dapat hal yang bikin saya menggerutu kesal berulang kali sambil memikirkan hal yang selalu dan selalu menjadi perang yang lebih buruk dari perang dingin yang baru dibahas di kelas sejarah beberapa hari lalu. Perang yang lebih panas daripada perang dunia 2 yang akhirnya menumbuhkan solidaritas bangsa-bangsa sedunia. Perang yang paling konyol dari perang yang cuma terjadi 45 menit saja ataupun perang cuma gara-gara hewan.
Saya ingin tanya kepada semua orang di dunia atau setidaknya yang peduli dengan pertanyaan saya dan beberapa teman-teman saya. Kenapa kalau kita masuk IPS? Emangnya IPS selalu gagal apa? Emangnya IPS kagak punya duit apa? Emangnya IPS cuma bisa bikin rusuh? Emangnya IPS cuma 'Ikatan Pelajar Santai' Doang? Emangnya IPS cuma hafalan aja udah bisa? Hello people!!! Wake up!! IPS is not as easy, happy or like the way you think all this time.
Anak IPS tidak hanya menghafal, menghafal, dan menghafal. Kami harus memikirkan sebuah solusi saat kami mendapatkan tugas membuat business plan. Kami harus memikirkan analisa SWOT yang paling mungkin, kami harus memikirkan job specification yang pas untuk usaha kami, kami harus tahu dengan jelas gimana jadi broker atau semacamnya, cara ekspor impor dan kami harus tahu dengan pasti give and take agar jadi orang sukses dan berguna. Tentunya dalam IPS kami mempelajarinya, memang tidak ada rumus. Bayangkan anda mencari sesuatu yang tidak ada rumus dan harus tepat. Yap, ekspektasi. Itulah yang kami pelajari sebagai anak IPS. Kami mengekpektasikan sesuatu. Kami harus tahu bagaimana pasar dan sebagainya. Kami harus bisa memandang pasar. Kami tidak hanya menghafal. Kami menganalisis soal. Dan antara menghafal dan menganalisis soal itu beda. Menganalisis berarti jawaban yang terdapat pada soal hampir semua benar. Jika menghafal, kami menghafal sebuah pengertian tertentu dan jawabannya pasti ada dan sama. Nyatanya tidak. Soal UAN pun kami harus mencari jawaban yang paling matching diantara yang matching.
Saat akuntansi, kami harus membuat laporan keuangan. Kami yang rata-rata lemah dalam berhitung memang terkadang mengalami kesulitan dalam perhintungan. Kami pakai kalkulator. Tapi kami menjamin dan berusaha dalam laporang keuangan kami tidak ada kesalahan. Kami mengerjakannya meski harus dengan menggerutu dan banyak tipe-x di kertas kerja kami. Kami memang kesal menghitung, tapi inilah major kami. Kami menjalaninya dengan senyum jika paper kami sudah tuntas.
Saya tidak menyalahkan atau berusaha mencari kambing hitam atau mengajak anak IPA bertarung. Bukan. Saya hanya ingat satu hal yang pernah membuat saya kesal. Saya tidak dendam, tapi saya ingat kata-kata ini setiap kali mereka merendahkan IPS
dua tahun lalu...
B: kamu mau masuk jurusan mana?
V:IPA lah. Lha kamu?
B:sama. Lha ngapain masuk IPS? Gila tah? Ntar aku sekelas sama Bk, Bu, Ay dll. Gak karuan deh.
V:Haha. Heh, kamu mau masuk mana?
Saya:IPS.
B:Gak salah?
Saya:Nggak. Pingin aja. Kenapa?
B:siap-siap aja ketemu mereka-mereka. Apa itu jurusan IPS?! haha. Semoga aku nggak masuk IPS!
Mereka bilang begitu. Tapi pas sekarang sudah banyak PMDK atau tes masuk Univ. mereka malah bilang ingin masuk manjemen, akuntansi, hukum, politik, dll. Itu kan juga ada unsur IPS nya?!! Dulu katanya nggak mau masuk IPS. Kan itu Fak.-nya anak IPS juga?! Jadi kalian nggak ada bedanya dengan kami anak IPS. Toh, anak IPA nantinya juga ada yang ingin masuk dan menjadi bagian dari kami.
Jadi, sekarang saya tegaskan. Tidak ada jurusan yang baik, yang buruk, yang buangan, yang prospek. Semua itu tergantung bagaimana kita, bukan? Jika kita serius dan 100%, kita akan mendapatkan hasil yang maksimal begitu juga sebaliknya. Jadi, IPS bukan buangan, IPS bukan kelas anak-anak nakal, IPS jurusan yang masih jadi favorit di universitas. IPA dan IPS tidak ada bedanya. We're students, we're learning, we're studying, we're just the same altough in different choice.

VERY LIKE THIIIIIIIIIIS!!!
BalasHapus