Heboh. Sangat heboh. Padahal malam itu masih pukul 23.50. Tapi semuanya sudah pada countdown. Dan akhirnya diiringi dengan suara menggema dan cahaya-cahaya kekuningan yang terlihat dari jendela kamar saya. Kalau saya menggambarkannya saat itu suasananya mirip sekali dengan rumah yang berada di tengah-tengah perang. Dan jujur, saya sangat takut sampai-sampai saya tutup telinga dengan guling. Dan saya mengutuk-ngutuk orang yang membuat kembang api karena kedahsyatan ledakkannya lumayan memekakkan telinga dan membuat saya takut setengah mati kalau-kalau kembang apinya jatuh di atas atap kamar saya. Haha.
Dengan adanya kembang api yang kurang lebih 10 menitan itu, menunjukkan pergantian tahun. Menunjukkan bahwa saya sudah selangkah lebih dekat meninggalkan masa-masa yang sudah saya alami di tahun 2010. Suka duka yang sudah ditempuh di tahun yang lalu semoga bisa menjadi pelajaran hidup dan menjadikan saya lebih dan lebih bijaksana ke depannya. Amin.
Tidak ada yang spesial di malam tahun baru kemarin. Saya hanya bengong di depan TV, makan bakpao dan gorengan hangat sambil nonton film-film yang diputar di salah satu stasiun TV swasta. Juga, dengerin suara orang-orang nyanyi dari pujasera di seberang rumah.
Besok paginya saya:
1) Mendatangi SIP untuk mendapatkan informasi tentang universitas. Saya datang telat tapi seperti biasa acaranya belum mulai. Saya langsung menyerbu UI. Dan herannya, saya ini mau minta informasi pendidikan atau mampir mau minta coklat ama kue ya? Soalnya kakak kelas alumni sekolah saya yang memberi informasi menyuguhi kami dengan coklat yang super duper enak. Dan saya juga mendapatkan informasi yang mengena mengenai UI. Tapi kadan-kadang saya juga bingung lihat mbak-mbaknya yang pada histeris menceritakan UI. Hehe. Malah sempat bahas bu Miranda Goeltom. Haha. Saya masih loading lama buat menerjemahkan siapa beliau.
2) Masih ada di acara SIP, saya bingung mencari si Senna mau masuk Univ. mana. Saya celingukan mencari Senna tapi nggak ketemu. Eh, pas lewat tangga, malah liat si Senna. hehe. Dan saya melakukan hal bodoh dengan sok bingung. Tapi memang benar-benar bingung. hehe. Saya jadi tahu Senna mau masuk mana.
3) Saya pergi ke Matos dengan teman saya Irma. Kami tidak punya tujuan jelas mau apa kesana. Akhirnya kami hanya berputar-putar tidak jelas sambil hunting jam tangan. Obsesi si Irma sih ngoleksi jam tangan gitu. Jadi dia meminta saya menjadi juri untuk memilihkannya jam tangan terbaik. Dan berulang kali saya tidak bisa mengalihkan mata dari jam tangan Ripcurl warna putih-pink. Dan, Irma ternyata suka dengan usul saya. Jadilah jam tangan Ripcurl putih-putih dipakai si Irma langsung. Fresh. Tepatnya langsung dipamerin.
4) Kami langsung ke foodcourt setelah beli jam. Sebenarnya tujuan kami mau liat mas keren yang kerja disitu. Tepatnya si Irma yang kepingin. Hehehe. Tapi ternyata mas X nggak kerja hari itu. Jadilah Irma celingukan dengan harap-harap cemas. Sampai saya ngomong kayaknya dia nggak dengar.
5) LOVE IN PERTH!! Gak tau kenapa ketika lihat poster tuh film saya jadi kecantol. Padahal saya anti film lokal biasanya. Mendingan pinjam dvd/vcd-nya. Tapi, sore itu ada suatu kekuatan yang sangat dahsyat yang membuat saya berpikir dua kali dan akhirnya memutuskan untuk nonton sendirian. Nonton bioskop sendirian itu sebenarnya seru. Tapi nggak enaknya kalau lucu kita nggak bisa sharing ama teman di bangku sebelah. Pas noleh pingin bilang kalau filmnya lucu, bagus atau romantis, eh, disebelah bukan temen kita. Malah mbak-mbak dengan rambut gimbal dan poni lempar yang lagi asyik BBM-an. Atau di sisi lain ada mbak-mbak yang lagi sandaran di pundak pacarnya. Asyiknya sih banyak. Seru. Believe or not, nonton sendirian itu bikin kita bisa relaks sejenak dari hingar bingar sekitar. Bisa ngilangin rasa bosan karena selalu bertemu orang-orang itu saja. Do try!!!
6) Masih Love in Perth. Filmnya bagus. Bagus banget malah. Inilah film penyegaran dimana kita dibawa kedalam sebuah persepsi berbeda, keluar dari image film indonesia yang penuh dengan permainan horor dan bumbu-bumbu pornografi lainnya -yang sebenarnya harus di rate agar tidak menyebabkan salah kaprah pada penonton meskipun filmnya komedi sekalipun. Gita Gutawa, Petra Sihombing dan Derby memainkan perannya sesuai dengan umur mereka. Jai bisa ditonton segala kalangan sih. Tapi ada juga sedikit kekurangan. Diantara tokoh ada percakapan yang dilakukan dalam bahasa inggris. oke, banyak orang Indonesia yang sudah menjadikan bahasa inggris sebagai bahasa kedua mereka. Tapi, nggak semua orang indonesia kan? Jadi, lebih baik kalau dikasih translate-nya. Supaya pihak-pihak yang nonton nggak bingung. Kan yang nonton bioskop nggak kalangan atas doang. Tapi keseluruhan....KEREN!!!! Hehehe.
Last but not least, saya mengutip sebuah quote yang keren. Inspiratif.
If you simply cannot make the right decision, make a decision and then make it right.*
-Dale Adams-
*taken from GoGirl! Magz, Jan 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar