What American literature needs at this moment is color, music, gusto, the free expression of gay or desperate moods. If the negroes are not in a position to contribute these items, i do not know what Americans are. (Carl Van Doren, editor of Century Magazine, at the civic club dinner)
Minggu, 28 November 2010
Knowing The Negroes
Senin lalu saya membaca buku yang berjudul lumayan panjang. Harlem Stomp: A cultural History of The Harlom Renaissance. Seperti judulnya, di situ menceritakan sejarah-sejarah bagaimana orang-orang negro zaman dahulu kala ketika masih ada rasialisme. Yang membuat saya kagum adalah betapa hebatnya para negro yang mampu menggebrakkan dunia. Sekarang coba lihat, banyak orang-orang negro yang terkenal, sukses. Saya mengambil quote yang menunjukkan betapa hebatnya mereka di mata dunia.
Minggu, 21 November 2010
Make A Difference
Lima atau sepuluh tahun mendatang saya akan punya kebun yang luas. Dan saya akan menanam tanaman organik dan membagikannya secara gratis kepada yang tidak mampu, agar semua orang Indonesia bisa jadi sehat. (Arya Rama)
Kenapa Kalau Saya Ingin Bermimpi?
"Kamu kok kebanyakan mimpi sih?"
Itulah yang dilontarkan adik saya ketika saya menceritakan khayalan saya . Mungkin saya memang banyak bermimpi. Saya tidak takut bermimpi setelah guru saya berkata "Gantungkan mimpimu setinggi langit. Semoga, kalau jatuh, jatuhnya di bintang. Nggak di awan..". Sejak saat itu saya memutuskan untuk bermimpi. Sejak saat itu juga saya memutuskan untuk berusaha menggapai mimpi-mimpi saya yang banyak itu. Biar kata adik saya, saya kebanyakan bermimpi, saya bersyukur karena saya masih bisa bermimpi lebih daripada dia.
Banyak sekali yang ingin saya capai. Sampai-sampai saya mempraktekkan mimpi saya setiap hari didalam kamar kalau sedang tidak ada orang. Saya ingin sampai-sampai rasanya ingin menangis melihat orang-orang yang sudah sukses bergelimangan didepan mata saya. Saya ingin menjadi seperti mereka.
Suatu saat pernah Bu Retno, guru Bahasa Inggris saya meminta kami sekelas membuat tulisan mengenai "Me, 5 or 10 years later..". Saya menulis saya akan menjadi seorang Tour Guide dan uang hasil kerja saya akan saya pergunakan untuk jalan-jalan keliling dunia. Lalu, apa yang saya jalani saat keliling dunia akan saya catat dan saya terbitkan sebagai novel catatan perjalanan saya. Saya menulisnya beberapa bulan lalu saat masih duduk di kelas 11.
Bu Retno dengan kerennya dan jujur hampir membuat saya menangis adalah menulis "Hmm..5 atau 10 tahun mendatang saya akan duduk dengan anak saya melihat berita dan membaca buku milik Galuh Fathim, The Inspiring Woman". Sekali lagi saya bangkit, bersemangat tanpa takut lagi bermimpi.
Suatu kali saat saya bingung memikirkan jurusan mana yang akan saya pilih di universitas, adik saya bertanya kepada saya.
Adik saya: kamu mau jadi apa sih?
Saya:penjaga museum. (Maksud saya adalah sebagai Tour Guide dalam museum)
Adik saya: satpam dong?!
Saya memikirkan percakapan tersebut. Awalnya saya berpikiran adik saya salah. Tapi, diksi saya memang yang salah. Saya memang ingin mengambil jurusan ilmu sejarah nantinya. Dan cita-cita terbesar saya sejak SD adalah menjadi sejarahwan. Cita-cita saya berubah ketika SMP, saya ingin jadi tour guide. Tapi dari kedua cita-cita saya tersebut saya dapat menyimpulkan, cita-cita yang saya pilih mempunyai kesamaan. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk mengejar mimpi saya menjadi 'Penjaga Museum'.
Sekarang saya tidak takut bermimpi. Kenapa kalau saya ingin bermimpi? Bukan salah kalau saya ingin bermimpi selagi saya bisa. :)
Itulah yang dilontarkan adik saya ketika saya menceritakan khayalan saya . Mungkin saya memang banyak bermimpi. Saya tidak takut bermimpi setelah guru saya berkata "Gantungkan mimpimu setinggi langit. Semoga, kalau jatuh, jatuhnya di bintang. Nggak di awan..". Sejak saat itu saya memutuskan untuk bermimpi. Sejak saat itu juga saya memutuskan untuk berusaha menggapai mimpi-mimpi saya yang banyak itu. Biar kata adik saya, saya kebanyakan bermimpi, saya bersyukur karena saya masih bisa bermimpi lebih daripada dia.
Banyak sekali yang ingin saya capai. Sampai-sampai saya mempraktekkan mimpi saya setiap hari didalam kamar kalau sedang tidak ada orang. Saya ingin sampai-sampai rasanya ingin menangis melihat orang-orang yang sudah sukses bergelimangan didepan mata saya. Saya ingin menjadi seperti mereka.
Suatu saat pernah Bu Retno, guru Bahasa Inggris saya meminta kami sekelas membuat tulisan mengenai "Me, 5 or 10 years later..". Saya menulis saya akan menjadi seorang Tour Guide dan uang hasil kerja saya akan saya pergunakan untuk jalan-jalan keliling dunia. Lalu, apa yang saya jalani saat keliling dunia akan saya catat dan saya terbitkan sebagai novel catatan perjalanan saya. Saya menulisnya beberapa bulan lalu saat masih duduk di kelas 11.
Bu Retno dengan kerennya dan jujur hampir membuat saya menangis adalah menulis "Hmm..5 atau 10 tahun mendatang saya akan duduk dengan anak saya melihat berita dan membaca buku milik Galuh Fathim, The Inspiring Woman". Sekali lagi saya bangkit, bersemangat tanpa takut lagi bermimpi.
Suatu kali saat saya bingung memikirkan jurusan mana yang akan saya pilih di universitas, adik saya bertanya kepada saya.
Adik saya: kamu mau jadi apa sih?
Saya:penjaga museum. (Maksud saya adalah sebagai Tour Guide dalam museum)
Adik saya: satpam dong?!
Saya memikirkan percakapan tersebut. Awalnya saya berpikiran adik saya salah. Tapi, diksi saya memang yang salah. Saya memang ingin mengambil jurusan ilmu sejarah nantinya. Dan cita-cita terbesar saya sejak SD adalah menjadi sejarahwan. Cita-cita saya berubah ketika SMP, saya ingin jadi tour guide. Tapi dari kedua cita-cita saya tersebut saya dapat menyimpulkan, cita-cita yang saya pilih mempunyai kesamaan. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk mengejar mimpi saya menjadi 'Penjaga Museum'.
Sekarang saya tidak takut bermimpi. Kenapa kalau saya ingin bermimpi? Bukan salah kalau saya ingin bermimpi selagi saya bisa. :)
Gantungkan mimpimu setinggi langit. Semoga, kalau jatuh, jatuhnya di bintang. Nggak di awan..(Bu Nur M.-Guru Konseling)
Saya Ingin Menjadi Orang yang Berguna
Sebagai seorang blogger pemula saya merasa 'kecil' dimata para blogger lain. Setiap kali saya membuka blogger mereka dan berharap blogger saya menjadi seperti milik mereka. Kenapa? Blog mereka penuh pengunjung yang mengartikan bahwa mereka menjadi inspirasi orang banyak. Tidak seperti saya. Untuk itu saya ingin bisa membahagiakan dan mengispirasi orang lain. :)
Beberapa hari lalu saya berkoar-koar tentang menjadi seorang relawan. Bukan ingin karena trend-trend ikutan forum relawan belakangan. Tapi saya sudah berusaha siap berangkat kapanpun. Mungkin saya siap tepatnya. Ibu saya hanya berkata "Relawan itu kerjanya berat. Janganlah.."
Bukan hanya ibu saya yang berkata demikian. Beberapa teman saya juga berkata, "Kalau aku sih nggak deh jadi relawan. Hmm..gak bisa ngebayangin sulitnya. Ibuku ngelarang aku juga".
Jujur, saya ingin jadi relawan dan membantu banyak orang. Saya ingin membantu mereka meskipun tanpa imbalan. Saya ingin menjadi TV yang memberi informasi kepada mereka, saya ingin menjadi tiang yang menyangga mereka, saya ingin menjadi rumah yang melindungi mereka, saya ingin membantu. Beberapa bulan belakangan, saya berharap ada yang mengajak saya menjadi seorang relawan. :)
Beberapa hari lalu saya berkoar-koar tentang menjadi seorang relawan. Bukan ingin karena trend-trend ikutan forum relawan belakangan. Tapi saya sudah berusaha siap berangkat kapanpun. Mungkin saya siap tepatnya. Ibu saya hanya berkata "Relawan itu kerjanya berat. Janganlah.."
Bukan hanya ibu saya yang berkata demikian. Beberapa teman saya juga berkata, "Kalau aku sih nggak deh jadi relawan. Hmm..gak bisa ngebayangin sulitnya. Ibuku ngelarang aku juga".
Jujur, saya ingin jadi relawan dan membantu banyak orang. Saya ingin membantu mereka meskipun tanpa imbalan. Saya ingin menjadi TV yang memberi informasi kepada mereka, saya ingin menjadi tiang yang menyangga mereka, saya ingin menjadi rumah yang melindungi mereka, saya ingin membantu. Beberapa bulan belakangan, saya berharap ada yang mengajak saya menjadi seorang relawan. :)
Senin, 08 November 2010
Pray for Indonesia
tidak ada kata terlambat untuk berdoa
tidak ada kata terlambat untuk membantu
tidak ada kata terlambat untuk memohon ampun
yang ada hanyalah hari kemarin
dimana segala sesuatu terlupakan
dimana segala sesuatu dianggap remeh
dimana segala sesuatu dirusak
tapi kini adalah kini
bijaksana adalah melihat kedepan
membuka mata membuka hati
berdzikir dan memohon ampun pada yang ilahi
tidak ada kata terlambat untuk membantu
tidak ada kata terlambat untuk memohon ampun
yang ada hanyalah hari kemarin
dimana segala sesuatu terlupakan
dimana segala sesuatu dianggap remeh
dimana segala sesuatu dirusak
tapi kini adalah kini
bijaksana adalah melihat kedepan
membuka mata membuka hati
berdzikir dan memohon ampun pada yang ilahi
PS: berdoa untuk semua saudara dan teman-teman kita yang sedang dicoba ketabahannya oleh sang kuasa. semoga diberi kesabaran. ayo teman, saatnya kita peduli. jangan lihat berapa, tapi bagaimana kita membantu mereka dengan ikhlas. "Pray for Indonesia : Wasior, Merapi, Mentawai".
Langganan:
Postingan (Atom)