Ngimpi-ngimpi aja sih bisa sekolah di luar negeri, ngerasain salju--saking katronya, ngerasain serunya chit-chat ama temen-temen berasa di film social network, ngerasain share apartment ama orang gak dikenal--which is di Indonesia kadang nuduh orang barat kumpul kebo. Padahal juga ruang beda, bareng sampai lebih dari 3 orang meski --buruknya-- cowok cewek, intinya sih biar bayarnya murah. Gila mana di luar negeri cewek cowok tinggal bareng tapi gak pada suka ya aman-aman aja, di Indonesia coba? Waduh berita tentang --maaf-- pemerkosaan pada rame. Heran.
Liat seleb indo yang happy bisa sekolah di luar negeri bikin greget, utamanya temen-lo-yang-di-luar-negeri, tambah greget kuadrat. Kok rasanya mereka udah berani dan keren banget ambil risiko yang gak gampang--masih bersyukur saya merantau ke Jakarta. Ngebayangin aja saya yang bahasa inggrisnya ecek-ecek yang mungkin toefl gak ada 500 tapi ngeyel banget sampe berasa ada kupu-kupu di perut kalau liat video atau gambar kondisi luar negeri di majalah atau tv. Berusaha menggapai mimpi miliaran dollar saya yang ada di ujung tanduk. Kepedean atau cuma pingin-pingin aja saya selalu search universitas favorit dan nulis di daftar mimpi.
Menutup mata nih mencoba realistis, jalani yang ada, tapi otak kanan saya terlalu hiperaktif untuk disuruh diam menikmati segala imajinasi yang saya punya. Mimpi miliaran dollar yang menghantui. Saat rasa-rasanya air mata saya mau numpah dan jadi banjir garam, sebuah ucapan aktor di film favorit saya muncul 'saya tidak pernah gagal dalam hidup saya' --tapi disepanjang film saya liat dia pernah gagal, yah setidaknya kesombongan sedikit menyuntikkan semangat agar saya kembali bangkit.
'run forrest run...', then i would run.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar