Apa sih yang saya pikirkan selama saya mendengarkan kuliah 6 sks untuk mpkt B, 3 sks untuk mpk inggris, dan 1 jam saat rapat bem serta 25 menit saat bertemu senior saya? Yang saya pikirkan hanya segelintir nama yang wajahnya tidak sengaja saya temukan 'kembarannya'. Saat saya memandang wajah seseorang itu, saya merasa de javu. Saya mencoba mecahkan rasa de javu saya yang pada akhirnya membawa saya kedalam fantasi yang memberikan nama sendiri kepada orang yang saya de javu-kan, "KW Super".
------------------------------------------------------------------------------------------------
Scene I
Kelas mpkt B, 6 sks, pakai e-learning, koneksi wi-fi jebot, kuliah mulai pukul satu siang, dosen kurang jelas cara menjelaskannya, dosen seminar dan diganti dosen lain, dan lengkap sudah penderitaan saya masuk kelas mpkt b tatap muka ke-2. Awalnya bapak tua yang masuk saya kira dosen mpkt b pengganti untuk hari ini, ternyata, beliau hanya bapak yang membenarkan LCD dari sarana prasarana. Muncullah bapak atau mas --saya bingung harus panggil dosen saya apa karena masih muda juga--itu yang wajahnya familiar tapi saya lupa familiar dengan siapa, apakah saya pernah bertemu? Mirip artiskah? Tapi siapa? Sepanjang pelajaran saya memandangi sambil mendengarkan cara mengajarnya yang super duper luar biasa anehnya. Cara bicara beliau dan ekspresi sok jaimnya saat kami melucu--beliau menahan tawa--membuat saya muak sendiri dan keki. Saya heran dari planet mana bapak/mas ini berasal, yang saya tahu hanyalah beliau adalah dosen prodi Rusia dan namanya pun kami bahkan tidak diberitau--atau saya yang kurang mendengar--bahkan kelompok saya sama sekali tidak tahu namanya dan teman saya Taufan memanggilnya bro--tentu saja tidak secara lantang. Serius, daya bosan karena kebingungan dengan mata kuliah mpkt b yang notabene belajar sains ini. Ditambah dosen saya yang asli ternyata miskomunikasi dan entahlah apa istilahnya untuk dosen yang tidak-sengaja-membuat-mahasiswa-satu-kelas-bingung. Eh, muncul bapak dosen muda yang yaaahhh...lumayanlah--saya sempat senyum sendiri karena senang dapat dosen muda, hehe. Tapi yang mengusik pikiran saya adalah dia mirip seseorang yang namanya masih menggantung di ssalah satu kotak di otak saya yang belum saya temukan kuncinya sehingga saya masih harus mencari carinya. Hanung Bramantyo-lah yang awalnya saya simpulkan mirip dengan bapak/mas dosen pengganti. Tapi sejalan berjalannya waktu, ketika detik, menit, jm terlewati saya sadar bukanlah mirip sutradara tenar itu. Sampai akhirnya saya duduk dengan kelompok dan teman saya Taufan nyeletuk "Duh, tuh dosen mirip sapa ya? Mirip artis tapi gue lupa siapa..", saya mengangguk setuju. Teman saya Rachel menanggapi, "Iya, gue juga ngerasa gitu fan. tapi mirip siapa ya?". Taufa menyandarkan kepalanya di meja mencoba mengingat-ingat, saya menoleh kebelakang kearah si bapak/mas dosen yang sedang menjelaskan di depan. Tiba-tiba terlintas di pikiran saya iklan Pocari Sweat versi Saljunya Irfan Bachdim. Bingo!!! Dengan cepat saya kembali menoleh kearah Taufan dan Rachel. "Fan, mirip Irfan Bachdim bukan?", Tauan terlihat mencerna sejenak, "Eh iya, mirip dia bener, pemain bola kan? Iya makannya gue mikir dia mirip artis, ternyata mirip bachdim. iya..haha". "Dasar Irfan Bachdim KW 1.." ucap saya dan kelompok saya sontak tertawa memecah keheningan dan yah lumayan menarik perhatian kelompok lain. Saat saya berkemas pulang teman saya Haviz memanggil saya dan berkata "Galuh, tadi gue mau ngomong ke lo kalau dia mirip Irfan Bachdim. Hah". Tuh kan bener .. berarti meditasi saya selama 150 menit tidak sia-sia dan saya akhirnya menemukan bapak/mas dosen itu mirip siapa. sebuat sajalah namanya mas--dia ngak mau dipanggil bapak karena kata dia 'kok anak saya banyak?'--irfan bachdim kw . Toh kita juga gak dikasih tau nama dia, so, gak apa-apa kan?
------------------------------------------------------------------------------------------------
scene II
apa yang kamu rasakan saat bertemu orang yang ternyata mirip dengan orang yang kamu suka hanya beberapa jam dan bertemu kalian di tengah perjalanan yang tak terduga? Saya menyebutnya takdir dan berharap takdir saya membawa saya lebih jauh lagi, bisa menemukan orang itu melalui orang yang mirip yang saya temui. Setidaknya rasa suka saya tidak berakhir dan saya punya jawaban bahwa orang itu eksis di sekitar saya, bukan orang temuan di kereta yang tibaa-tiba 'bye-bye' saat kamu turun dan meninggalkan kereta. Dalam kata lain kisah kamu berakhir tanpa ada sambungannya.
Saya masih ingat kisah manis saya di kereta ekonomi matarmaja yang mengantar saya pulang ke malang tepatnya tanggal 20 januari lalu. Saya yang sendirian pulang kampung dan tepat pukul 00.00 saat saya sampai di semarang kisah saya dimulai. Di awali dengan pertemuan saya dengan Mas 'Undip'--lagi-lagi saya tidak tau namanya. Yang saya ingat Mas 'Undip' baunya harum sbun, bukan parfum yang menyengat. Saya berharap suatu saat akan bertemu dia lagi, bahkan gilanya, saya mencoba mencari dia di facebook dengan menyusup kedalam Grup Teknik Elektro Undip 2010.
Takdir yang membawa saya berjalan kedalam ruangan kelas mpk inggris reguler 5 sehingga saya bisa bertemu dengan teman saya dan satu kelompok pula di hari pertama. Ternyata cowok itu mirip Mas 'Undip'. Bayangkan, selama pelajaran saya curi pandang dan memastika kalau dia mirip Mas 'Undip'. Ternyata dia memang sedikit mirip. Lumayanlah. Selama pelajaran pikiran saya tak berhenti tentang pertanyaat-pertanyaan yang akan saya tanyakan pada cowok teman saya sekelas itu. Apakah dia punya kakakn yang kuliah teknik di Undip? Tapi pertanyaa itu tertahan, membuat saya semakin frustasi. Apalagi saat melihat dia bercanda, sungguh sifatnya mirip Mass 'Undip' yang memang suka bercanda. Sebuah kebetulan atau memang takdir menggiring saya kesini?
----------------------------------------------------------------------------------------------
Scene III
Rapat pleno perdana BEM rupanya sedang bentrok dengan acara jurusan. Ditengan kebosanan dan rasa was-was antara acara jurusan atau pleno BEM saya mencoba melucu dengan teman saya putri--yang saya panggil Shaun. Perkenalan anggota BEM dimulai satu per satu. Riuh dan ricuh terdnegar dari masing-masing perwakilan divisi. Sudah mirip tawar menawr di pasar kaget.
Nama demi nama dipanggil, wajah demi wajah terkuak, dan suara demi suara terdengar, emencoba mengenalkan siapa diri mereka. Sampailah MC membacakan nama Dira. Saya lupa nama jelasnya siapa. Yang saya tau dia dipanggil Raditya Dira. Awalnya saya bingung mengapa. Ternyata dia memang mirip dengan Raditya Dika. Awalnya saya tidak percaya, tapi setelah saya melihatnya dari samping, serius, mirip raditya dika. Semua orang memanggilnya Raditya Dika dan saat dia terseyum tersipu dia lebih terlihat mirip Radit. Orang ini dnegan hormat saya nyatakan sebagai Radit KW 1.
thim, satu semester di fib kok udah ngeblog pake gaya bahasa sastra nih? :D
BalasHapussalam kangen
Halo maya. haha, kayaknya terinspirasi sama teman anak sastra indonesia yang kalimatnya bagus. hihi :p. salam kangen jugaaa :)
Hapustapi tulisan kamu yang baru jadi lebih bagus loh, beneran.
Hapushola maya!!! :)
Hapuswah, makasih, berarti ilmu yang diajari sama anak sastra indonesia --yah meski dibilang 'tulisan kamu kacau'-- ternyata ber-efek. lho? haha :). maya gimana kabar?
baik kok thim :)
Hapusya ngga papa sih, kan ini dunia blogging. setidaknya yang baca jadi ngga pusing, hehe..
udah kemana aja di depok-jakarta?
setujuuu.hihi
Hapuswah udah kemana-mana nih, tapi masih aja sering salah, jalanannya jalan kembar, sama semua. haha :p
hoho... selamat melanjutkan kuliah dan petualangan di sana ya :D
BalasHapuswaa mas undip hahaha
BalasHapus