Rabu, 13 Juli 2011

Bitter Side of 'Girl-Boy' Friendship

Arlon memandang Citra dengan tatapannya yang selalu sama.

Tidak pernah berubah caranya memandang Citra yang selalu sempurna di matanya, tidak ada yang berubah sama sekali selama mereka bersahabat sejak 10 tahun lalu. Citra yang semakin dewasa menjadi remaja cantik yang disukai banyak cowok di sekolahnya pun tidak pernah berubah di matanya. Tetap Citra-nya yang seperti itu, seperti sepuluh tahun lalu yang masih perlu dilindungi, masih rapuh, dan tetap menjadi peri kecilnya.

"Arlon, kamu dengerin aku ngomong gak sih?" Citra melambai-lambaikan tangannya di depan muka Arlon yang masih terdiam memandang Citra. "Arlon!!"

"Hah, iya-iya Tra, apaan?" Arlon mencoba tersenyum, mencoba menghilangkan rasa malu di depan sahabat kecilnya. Citra hanya melongos kesal menyadari Arlon yang sedari tadi melongo entah memikirkan apa.

"Arlooonnn, aku tuh udah cerita panjang lebar dari tadi. Kamu dengerin dong! Capek nih ngulang lagi.." Arlon tersenyum yang dibalas dengan decakan kesal Citra.

"So, tadi kenapa si Dafi?" tanya Arlon.

"Ya.. gitu deh, kita long distance, Dafi kuliah di Surabaya dan aku sekolah di Malang. Tapi Dafi usahakan setiap minggu pulang..ya kalau dia nggak capek gitu deh..."

"Kenapa harus Dafi?" celetuk Arlon tiba-tiba, tidak sengaja. Arlon menyesal kata-kata itu keluar dari mulutnya. Dia memberanikan diri memandang Citra yang tengah melongo melihatnya.

"Arloooonnn...udah deh, mulai, mulai anehnya.."

"Memang apa yang ada di Dafi yang kamu suka?" tanya Arlon datar tapi ucapannya membuat Citra senyam-senyum sendiri.

"Apa ya? Kalau suka orang sih kita nggak bakal tau alasan, Lon. Kita nggak tau kenapa tiba-tiba suka. Ya, semacam sihir, magic. Makannya, kamu suka dong sama cewek..hehe.."

Arlon mendengus bosan mendengarkan perkataan sahabatnya. Citra hanya tertawa melihat tingkah laku Arlon yang memang selalu aneh jika membicarakan tentang cinta.

"Emang, cewek macam gimana yang kamu suka, Lon? Kok kayaknya dari semua cewek yang ada, yang biasa aja sampai yang secantik Kiara nggak ada yang kamu toleh sejak SMP?" Citra memandang Arlon dengan wajah ingin tahu, berusaha mengulik informasi yang jarang disinggung Arlon selama mereka bersahabat.

"Hmm..ya..yang penting cewek deh. Cantik kan relatif, Tra.." Arlon menjawab singkat tapi hatinya tengah menulis siapa yang tengah dia kriteriakan. Citra mengangguk-angguk paham.

"Kayaknya harus ada biro pencarian pacar buat kamu, Lon. Hehe, bercanda. Habisnya, ntar kamu dikira homo ama orang-orang.." canda Citra yang membuat Arlon mendelik kaget. Arlon dengan segera menimpuk kepala Citra dengan tangannya pelan.

"Dasar...."

***

"Thanks Lon udah ditraktir. Hehe, sering-sering yaa.." ucap Citra ketika mereka sudah sampai di depan pagar rumah Citra.

"Maunya. Yaudah, masuk sana, ntar dicariin lagi."

"Oke, sekali lagi thanks ya, Loonn.." Arlon menjawab ucapan Citra dengan anggukan. Citra berjalan memasuki rumahnya dan Arlon melihat setiap langkah Citra hingga akhirnya Citra masuk kedalam rumahnya. Arlon menunduk kemudian menghembuskan rasa lelah yang disimpannya.

"Cewek yang aku suka itu, Tra, yang aku kenal semenjak aku berumur tujuh tahun. Cewek yang rapuh sehingga harus selalu dilindungi, cewek yang selalu meminta bantuanku, cewek yang selalu menjadi teman bertengkar selama ini. Cewek yang selalu aku antarkan sepulang sekolah, cewek yang selalu menjadi sahabatku. Menjadi sahabat, tidak lebih.Dialah orang yang aku suka, Tra.." ucap Arlon -- tiba-tiba -- lirih.

Dalam keheningan Arlon menutup helmya dan menyalakan motornya. Dengan perlahan dia meninggalkan pelataran rumah Citra. Dirinya bebas karena telah mengucapkan apa yang ingin diucapkannya. Meski hanya dirinya dan Tuhan yang tahu dia tidak peduli. Arlon hanya merasa dirinya senang dan puas kata-kata itu telah terucap dari mulutnya.

4 komentar:

  1. suka suka suka deh cerita ini :D

    BalasHapus
  2. hihi, makasih, kamu terus buka blog.ku karena aku bakal nulis banya cerita yang pendek di sini :). Kasih komentar yaa kalau belum bagus :)

    BalasHapus
  3. tapi bagus-bagus deh thim ceritanya..
    kayaknya kesampaian buat bikin tulisan novel kayak pas jaman smp dulu :)

    BalasHapus