Saya tidak tahu harus kecewa atau bangga dengan universitas saya. Saya bangga awalnya dan dalam hati saya selalu mengatakan 'Jangan kecewakan aku kali ini, aku mohon, aku harus menunjukkan kepada orang tuaku'. Tapi saya belum menunjukkan apapun kecuali biaya, biaya dan biaya yang semakin lama semakin menggeronggoti dompet orang tua saya. Saya bukan orang kaya dan hanyalah orang pas-pasan yang menggantungkan seluruh hidup saya pada usaha jualan ibu saya yang bahkan tidak bisa dibilang selalu laku. Rasanya saya ingin protes, tapi kepada siapa? Ini salah saya yang telah memilih universitas itu. Saya yang harus tanggung jawab atas pilihan saya. Tapi, saat saya menanyakan pada diri saya sendiri, apakah salah saya memilih universitas yang saya inginkan?
Iri. Diluar sana, banyak teman-teman saya yang bisa masuk universitas manapun tanpa memikirkan uang, yang bisa membayar namun belum bisa masuk universitas, dan sebagian besar yang berusaha berjuang, lari kesana kemari demi mendapatkan keringanan biaya pendidikan --sama seperti saya. Sesaat saya berpikir, apa gunanya bisa diterima di universitas mentereng sekalipun tapi tidak bisa bayar? Pemikiran bodoh saya yang saya hapus dan buang jauh dan saya berharap tidak akan kembali lagi membayangi saya. Itu hanyalah pemikiran primitif dari orang yang tidak mau maju. Benarkah? Tepatkah langkah saya untuk terus maju dengan biaya yang bahkan saya tidak bisa merealisasikan uangnya di tangan saya?
Setiap hari hanya ocehan orang tua saya yang saya dengar. Ocehan karena ulah saya sendiri. Karena ke-egoisan saya memilih universitas tanpa pikir panjang. Saya selalu percaya dengan kata Pak Mendiknas, saya percaya kata pak presiden, saya percaya kata rektor tentang kemudahan biaya, tapi kenapa saya merasa kecewa sekarang? Saya merasa dibohongi, tapi saya tidak mau menyalahkan mereka. Ini salah saya, saya yang memilih jalur ini. Tapi, merekalah yang sebelumnya membuat saya yakin, tapi saya tidak mau menyalahkan mereka. Saya percaya pada semua orang di negara saya, tapi kenapa mereka selalu menyia-nyiakan kepercayaan saya?
Bukannya saya mengeluh, saya percaya kenapa jalan ini sekarang saya lewati karena inilah yang harus saya hadapi. Saya yakin Allah menuntun saya pelan untuk menjadi kuat. Tapi bolehkan saya merasa lelah saat jalan yang saya ambil semakin berat dan tiada satupun yang mau meminjamkan tangannya untuk membantu saya berdiri?
Keluarga..saya miris mendengar makna kata keluarga. Saat orang tua saya jatuh tak ada satupun keluarganya yang mau membantu. Takut direpotkan, takut berhutang, takut ini-itu. Padahal dalam Al-Quran jelas-jelas dikatakan bahwa yang dibantu utamakan saudara dekat. Tapi kenapa mereka takut direpotkan? Kami hanya minta bantuan saat benar-benar terdesak. Orang tua saya tidak berhutang banyak untuk biaya kuliah saya kepada mereka, hanya minta bantuan arah dan bimbingan. Itu saja. Orang tua saya rela menjaminkan sepeda motor satu-satunya untuk biaya saya kuliah. Orang tua saya setiap hari berpikir solusi tanpa merepotkan yang lainnya. Kakek sepupu saya hanya bisa membantu dengan doa, yang rasanya saat saya mendengar beliau berkata, doa itu cukup untuk saya terus melangkah dibandingkan uang yang berlimpah.
Saat semuanya saya rasa berat hari ini saya ingin menyalahkan semua orang, semua orang yang membuat saya begini. Orang jahat yang merusak reputasi bapak saya sehingga beliau kehilangan pekerjaan, saudara ibu saya yang kurang pengertian, pihak universitas saya yang terlalu menunda, saudara saya yang enggan membantu takut uang mereka habis, saya sendiri yang memilih universitas bergengsi, orang tua saya yang memarahi saya dan semua orang yang ada di sekitar saya yang memandang saya 'wah' padahal tidak tahu kenyataannya. Rasanya saya ingin berteriak tapi apa salah mereka? Saya yang memulai dan saya yang harus mengakhiri, menyelesaikannya.
Selama ini saya selalu tertawa, tapi itu bukan saya sebenarnya. Selama ini saya selalu berpura-pura. Saya terlihat menjadi pribadi yang ceria di depan mereka semua tapi saya ingin menyerah kali ini. Saya ingin menunjukkan beban berat yang harus saya pikul. Mungkin, masih berat beban orang tua saya dan masih banyak yang lainnya. Tapi, melihat teman saya yang lain mereka terlihat lebih tenang dari saya. Ya Allah, bolehkah saya iri pada mereka?

fathim aku punya satu lagi pegangan hidup selain motto, "di dunia ini ada dua macam orang, orang yang jika diberi cobaan dia akan menyerah, atau orang yang diberi cobaan dia akan menghadapinya", aku pengen kamu tahu, biar suatu saat nanti kamu bisa ngasih tahu orang lain, terus orang lain ngasih tahu orang lain lagi, jadi nanti pahala kita tumpuk-tumpuk segudang! haha
BalasHapus"every single thing have their own price" semua hal pasti punya harga thim. harga disini belum berarti itu adalah uang, tapi bisa juga perbuatan. eh lebih halusnya lagi sih, setiap menginginkan sesuatu pasti ada pengorbanannya. kalo kamu jadi orang besar ya kamu harus menghadapi cobaan yang besar juga. jangan cuma berani bermimpi, tapi juga beraksi. jangan dirasa berat fathim, sungguh Allah engga pernah melupakan hamba nya :)
oh btw thim. menurutku engga ada salahnya merasa iri. tapi masih dalam konteks positif. iri dalam artian membangun. yaudah rasain aja itu kelamnya iri selama sehari, dua hari, atau kalo mau lebih puas lagi seminggu. tapi setelah itu buang lepas jauh jauh itu yang namanya iri. jadikan itu semangatmu, jadikan penopang, pondasi, tujuan akhir, apapun deh yang mendukung.
yang namanya teman itu engga cuma waktu seneng doang kali thim, waktu sedih terus kamu nangis di depan mereka, atau ngeluh gitu mereka engga akan tiba-tiba mengundurkan diri jadi temenmu kan. kamu bisa cerita aku kok. kamu mau memperlihatkan sisi gelap mu (ceilah) juga ga papa. tapi pasti kamu engga mau, hahaha. jadi kamu sama niken aja oke ;D
kali ini jangan mengelak ungkapan hatiku, i love you thim, i really do :*
maaf panjang bangetttt
ya Allah aku ngerasa sahabat yang bener-bener ga guna :(
BalasHapusaku ga pernah tau apa yg kamu alami.
aku tertipu dengan keceriaanmu selama ini.
mesti kamu cuma bagi-bagi seneng, kalo sedih ga cerita-cerita. bahkan kalo pas mau reuni itu kamu ga telpon, aku gatau kalo kamu sakit, maaf ya aku maksa kamu dateng :(
laen kali cerita ya thim, sapa tau aku isa bantu..
seenggaknya biarkan aku berguna sebagai sahabatmu..
semangat thim ! inget katamu, kita harus percaya sama rahasia rezeki, pasti ntar ada aja jalannya.
kamu orang baek jd pasti Allah akan membalasnya 10 kali lipat, ya mungkin bukan sekarang tp insya Allah..
perjalanan hidup ga selalu lurus, ayo tetep semangaaatttt, percaya Allah selalu memudahkan jalanmu dan selalu memeberi yang terbaik untukmu :)
go fathim go fathim *bawa pom-pom*
fathim sayaaaaaang semangat ya :)
BalasHapussebenere aku juga GAKNYANTE blas plus keder kok kalo mesti ngadepin yg namanya BIAYA KULIAH! mana kamu tau kan kalo aku kena mahal /___\ aku sutres! sesutressutresnya kok pas itu. Aku bnr pusing tiap hari nyari beasiswa, nyari cara buat ngajuin keringanan tapi sampek sekarang hasilnya masih nothing u___u jadi aku bener berusaha spy bs dpt asrama yg plg gak bisa ngurgn pengeluaran kosan selama setaun laah. AMIN kita pasti dapet kok :D
buat make yellow jacket pasti uda ditentuin ama yg diatas. Ini pasti jalan kita buat sukses kok! jgn nyerah !
kita jalanin barengbareng ya :D