Saya hanya bisa jadi pendengar sore itu karena saya dalam keadaan lelah dan suara-suara yang saya dengarkan bergema tidak karuan. Namun, diantara suara-suara itu saya mendengarkan percakapan yang cukup menarik perhatian saya. Pembicaraan mengenai eksistensi laki-laki di dunia (yang kata teman saya 1:15 dibanding perempuan).
cowok 1 : Ya udah, ntar aku nikahin banyak cewek aja sekaligus.
cowok 2 : Oke, sip. Yang penting kita kaya, kita bisa punya banyak istri.
cewek : Lho, kok gitu. Kalian itu gak boleh gitu dong. Itu sama aja nyakitin perasaan si cewek!
cowok 1: Kan poligami nggak ada salahnya. Yang penting tuh cewek seneng. Tuh cewek mau.
cewek : Gak bisa! Kalian nggak boleh poligami.
cowok 2: Yang penting kan kita nafkahin lahir batin. Iya gak (memandang cowok 1 dan tersenyum)
cowok 1: Yup. lagian kita tuh kalau poligami sebenarnya bantu cewek-cewek di dunia supaya punya pasangan.
Kan cowok lebih dikit dan cewek banyak banget, kalau satu cowok nggak dapet lebih dari satu,
kasihan kan cewek yang nggak punya pasangan. Sebenarnya niat kita poligami kan jelas. Kita mau
bantu cewek-cewek biar punya pasangan. (Saya:JDERRRR!!!! Nggak gitu juga kale!!)
cewek : Gak bisa! kalian itu bukan Rasulullah. Jadi kalian gak sepenuhnya adil. Kalian baca aja Al-Qur'an!!
itulah selentingan percakapan menarik yang saya dengar. Mengingatkan saya pada percakapan teman dan guru saya tadi pagi saat pelajaran akuntansi. Saya heran, semua orang sudah membicarakan tentang pernikahan dan kemapanan. Padahal, ujian negara aja belom. Bangun besok aja belum tahu mau berbuat apa (Kecuali emang kegiatan rutin). Akhirnya, kami dicekoki dengan gambaran kisah romantis kakak kelas yang menikah dan hidup sukses. Saya senang mendengarnya, tapi juga ngeri. Ngeri ternyata kehidupan dongeng saya sudah berakhir dan saya bukan peterpan yang nggak tumbuh dewasa. Saya semakin tumbuh dewasa dengan dikelilingi cerita cinta yang seharusnya wajar bagi anak seumuran saya. Namun saya menganggapnya tabu. Memang, sesekali saya mengagumi salah satu cowok keren. Tapi hanya sebatas itu. Itulah masa muda, masa membingungkan. Masa berapi-api. :)
guru akuntansi : Nanti kalau kalian udah menikah (menunjuk kearah murid cewek), kalian harus punya kerja. Jangan mau digantung sama suami kalian.
(Murid cewek mengangguk paham dan berargumen sendiri)
murid cewek : Ya iyalah, Bu. Kami pingin kerja, dong.
guru akuntansi : Kalau cewek bekerja, cowok jarang berbuat kearah seperti itu...
(Saya dalam hati: seperti itu, seperti itu kayak gimana bu?)
murid cewek : Maksudnya bu?
guru akuntansi : Selingkuh.
(Saya: oalah. Kok bisa?)
murid cowok 1 : Lho bu, bukannya istri kalau sibuk, malah kesempatan buat selingkuh banyak?
guru akuntansi : Lho,ya nggak lah.
murid cowok 2: Lho kan kita kerja dan istri sibuk, jadi cari acara di lain tempat.
guru akuntansi: Iya, tapi ntar suami masih punya sungkan kalau istri kerja. Jadi nggak keterlaluan.
Kesimpulannya, apa bener, supaya cewek di dunia kebagian cowok, cowok-cowok yang pada poligami dan selingkuh bisa membantu cewek menghilangkan rasa kehilangan dan patah hati?!
hahaha fathim kamu kok tiba-tiba blogging dengan unsur cinta gini yaa. eciiee jangan jangan lagi jatuh cinta?
BalasHapusmungkin bagimu sekarang aku ngomong sesuatu yang abstrak, tapi cinta itu memang ada kok. buka hati, buka mata, buka pikiran. biarkan waktu mengalir, rasakan cinta itu datang dengan sendirinya.
tentang poligami atau masalah cewek yang engga kebagian cowok itu semua cuma di pikiran aja kok. buktinya semua orang pada akhirnya menikah dan melanjutkan keturunan. tetangga ku malah baru nikah pas umur 50 an. mungkin beliau baru menemukan cinta nya hehe.
kalo aku sih, habisnya denger kata-kata nya bu riyantin, aku takut kalo nanti semua suami harus punya banyak istri, tapi kan sebagai wanita kita mempunyai hak untuk memilih, aku bisa memilih suami yang setia dan engga akan selingkuh. jadi sebenernya poligami atau apapun itu, kayak nya belum akan jadi tren untuk masa 20 tahun ke depan deh thim. setidaknya engga di indonesia, di arab kali ya. hehe
kamu lucu sekali fatimaaah! XD