Minggu, 20 Februari 2011

We Have A Story, Story 'bout Family, Love, Friendship and Absolutely Story 'bout Our Senior High School Life...

Saya suka sekali film-film buatan negeri yang inspiratif. Diantaranya Mengejar Matahari, Catatan Akhir Sekolah, Tetralogi Laskar Pelangi ( Laskar Pelangi, Sang Pemimpi ), Trilogi Merah Putih ( Merah Putih, Darah Garuda) dan masih banyak lagi. Dan karena saya hobi baca saya juga suka baca fiksi yang inspiratif -- sebagai pencerah di tengah-tengah kegemaran saya baca novel fiksi remaja yang mampu membuat saya bermimpi dan dimarahi bapak saya.

Cerita-cerita inspiratif mampu membuat saya berekpresi dan tentunya karena saya penghayal tingkat tinggi, saya jadi ingin merealisasikannya ke dunia nyata. Saya berharap bisa begitu. Berbicara tentang realitas, saya baru saja membeli dan membaca novel berjudul Our Story karya Orizuka. Saya saat itu sedang ingin hemat tanpa beli novel. Lagipula saya akan menghadapi UAN, jadi saya mengurangi porsi membaca novel. Tapi, saat membaca sinopsis novel tersebut, saya jadi tertarik. Saya bilang kepada teman saya, Irma. Dia membaca sinopsis dan mengangguk setuju. Saya membelinya dan saya baca sekitar pukul 02.00 pagi. Hehe.


Pertanyaan saya "Ini novel, tapi kok kayak nyata ya?". Di novel tersebut diceritakan bagaimana kehidupan kita para remaja dengan segala keceriaan, keangkuhan, ambisi, semangat, masalah dan semua lika-liku dunia remaja yang bagai misteri bagi kita. Dalam novel tersebut kita diajak belajar, memahami, mencari jati diri. Menginspirasi kita semua yang mungkin belum bangkit dan membuat kita berpikir bahwa kita ini masih punya segalanya. Jangan takut bermimpi. Itulah tujuan yang saya tangkap. Jangan takut bermimpi dan terus berusahalah.

Image and video hosting by TinyPic

"Gue tetap berusaha mengejar cita-cita gue. Gue yakin gue pasti bisa.
Gue percaya, selama kita berusaha kita pasti bisa, nggak peduli kita sekolah di sekolah internasional
atau sekolah sampah," kata Ferris, lalu tersenyum.
(
Our Story by Orizuka Hal. 129)


Mungkin saya kemarin masih takut bermimpi. Meskipun di mata orang-orang saya selalu bermimpi tapi saya selalu takut setiap saya mengucap kalimat tersebut. Tapi saya sekarang tergugah. Saya tidak takut bermimpi. Tentunya, saya harus berusaha semaksimal mungkin untuk meraih mimpi saya.

p.s: Beli novel Our Story karya Orizuka selain inspiratif juga bikin kita jadi orang yang bersyukur. Karena membeli novelnya sama dengan memberi donatur Rp500,00 untuk sekolah juara. Do read and sure do buy. :)

Selasa, 15 Februari 2011

Money Never Sleeps, Everything Never Sleeps

Image and video hosting by TinyPicImage and video hosting by TinyPic

Image and video hosting by TinyPicImage and video hosting by TinyPic

Image and video hosting by TinyPicImage and video hosting by TinyPic

Image and video hosting by TinyPicImage and video hosting by TinyPic

Image and video hosting by TinyPicImage and video hosting by TinyPic


Kunjungan saya ke UI berlanjut ke Jakarta. Saya dititipkan kepada saudara saat akan lomba. Saat gugur, kami bertiga dijemput dari penginapan yang berlokasi di Jagakarsa, Jaksel, menuju ke daerah Pejambon, Jakpus. Wah, saya kagum sekali dengan Jakarta semenjak pertama kali menginjakkan kaki pada hari minggu. Benar-benar image kota besar dengan segala-gala yang ada di dalamnya. Saya mematahkan ucapan kakak saya yang bilang Jakarta itu biasa saja. Memang saya baru sekali ke Jakarta tapi saya sudah kagum dengan Kota tersebut.

Saya membuktikan banyak hal di Jakarta. Saya melihat gedung-gedung tinggi yang hampir setiap saat ditemui, daerah segitiga emas jakarta, orang kantoran jakarta sampai issue yang paling santer di telinga kita slum area dan kesenjangan sosial. Melihat ibu kota akan menimbulkan tiga reaksi. Pertama, kita akan kagum. Apalagi saya yang dari Malang lihat Jakarta. Njomplang abis deh, hehe. Kedua, miris. Bagaimana mungkin nggak miris. Kita bisa lihat mall yang menjulang, hotel berbintang, one stop entertaiment place, apartemen, tapi disebelah gedung-gedung gede itu ada slum area. Di bawah kolong jembatan ada kehidupan kolong jembatan. Di jembatan busway naik pekerja kantoran. Di belakangnya bisa kita lihat orang-orang duduk menjajalkan minuman, rokok, dan makanan murah. Jika kita kaya kita akan merasakan yang keren banget. Jika kita pas-pasan atau bahkan tidak mampu akan kita rasakan miris. Ketiga, bingung. Saya benar-benar bingung. Tapi tidak tahu bingung akan apa. Karena saya bingung.

Sayang, hanya empat hari saya di Jakarta. Seperti wisatawan pada umumnya saya keliling monas, istana kepresidenan, ancol, makan masakan betawi di Grand Indonesia. Btw, saya punya pengalaman seru di GrandIs. Pengalaman seru di GrandIs adalah ketemu Herjunot Ali-Junot. Tapi saya bego abis. Gara-gara dia jalan ama cewek dengan rambut agak blonde jadi saya kira dia bule juga. Tapi pas dia lewat depan saya kok bulenya agak-agak indonesia. Teman saya sudah mendesis 'Junot!' . Hah? saya kaget dan langsung melihat kearah orang itu. Gile!! Emang bener Junot. Haha. Bule? Bego banget deh saya!

Saya juga kalap di gramedia langsung beli novel yang pastinya nggak ada di gramed malang. hehe. Lihat gramedia GrandIs aja saya langsung kagum. Beda banget deh ama di Malang. Berasa dari negara antah berantah ke negara yang makmur (Saya tidak bisa membayangkan bagaimana kalau saya ke Luar Negeri. Apakah toko bukunya lebih bagus lagi?)

hmm..tapi, semuanya nggak bakal nyenengin kayak gini kalau nggak diantar sama Mbak Tutik sekeluarga. Hehe. Terimakasih membuat kami menikmati 'never sleeps thing' di Jakarta. heheeh...

UI, Welcome, Guys!!

Image and video hosting by TinyPic

Image and video hosting by TinyPic

Image and video hosting by TinyPic


Beberapa hari lalu saya mengikuti KomPek 13, salah satu kompetisi ekonomi bertaraf nasional yang diadakan oleh salah satu Universitas paling bergengsi di Indonesia, UI. Yang menyelenggarakan perlombaan tersebut tepatnya FEUI. Terdapat berbagai macam lomba seperti Economic Quiz- yang saya ikuti, Debate- yang pesertanya expert semua, Business Challenge- teman saya ada yang ikut :), Economic Research Paper- bahasa gaulnya KTI.

Awalnya saya mau ikutan BC, tapi karena banyak acara di sekolh saya jadi lupa kalau harus buat proposal bisnis. Alhasil, saya dan kelompok saya lupa kalau berniat mengikuti lomba di UI. Tapi sepeertinya banyak sekali keajaiban yang menghampiri saya dan teman saya- Tikka dan Zia. Kakak kelas kami yang kebetulan alumni dan kuliah di UI dan kebetulan juga panitia memaksa kami- anak-anak kelas kami- untuk ikutan lomba. Saya langsung semangat lagi dan langsung mendaftar. Tapi kami malah nyelempeng dari rencana awal memilih BC dan malah memilih EQ.

Kami harus melewati tahap-tahap seleksi regional dulu. Dimana kami diberi study case dan essay yang harus dikirimkan untuk seleksi masuk 40 besar dan bisa berangkat ke FEUI, Depok. Wah, pergi ke UI adalah impian saya sejak dulu. Dengan semangat 45 kami ngebut mengumpulkan karena mepet tanggal deadline. Sampai kami juga minta dispensasi buat ngurus keperluan lomba. Alhamdulillah kami dapat mengumpulkan tepat waktu untuk via pos. Tapi, saya merasa di dzalimi-hehe- karena tanggal pengumpulan diundur. Bayangkan!! Saya ngumpulin tugas lomba tersebut sampai salah ngetik pada hasil fungsi biaya. Tapi kami satu kelompok pasrah. Berharap bisa masuk 40 besar.

Pengumuman yang awalnya tanggal 20an-lupa saya- diundur sampai tanggal 25. Pada tanggal tersebut saya tidak bisa tenang. Berharap bisa masuk 40 besar.Pengumuman bisa dilihat di website pukul sembilan malam. Saya sudah harap-harap cemas. Buku ekonomi dan geografi terongok di depan mata saya tanpa sedikitpun saya membacanya. Padahal besok saya ada TO UAN tahap I. Tapi saya benar-benar tidak bisa konsen sepenuhnya. Pukul 21.10 saya buka website kompek. Saya tidak berani membuka laman EQ, jadi saya buka laman BC-kebetulan sambil lihat apakah teman saya diterima atau tidak. Wah saya senang sekali ternyata SMA saya ada yang masuk BC satu tim. Namun sayang teman saya tidak masuk. Tapi saya yakin mereka akan berhasil di event-event lain-karena saya pernah mengalami hal demikian, hehe.

Tangan saya keringetan, gemetaran tidak tenang dan berusaha menggerakkan mouse untuk meng-klik EQ. Setelah itu terlihatlah nama-nama Tim yang lolos. Tapi herannya yang ditulis cuma 20 tim. Padahal yang diterima 25 tim. Saya sedih dan menutup website tersebut kemudian sms teman saya Tikka. Alhamdulillah keajaiban datang lagi-hehe lebai. TIkka bilang dia barusan buka twitter kompek dan tertulis bahwa pengumuman ditunda sampai pukul sepuluh. Wuih lega. Tapi tetep. Saya belum belajar Geografi sama Ekonomi. Maaf saya terlalu meremehkan.

Pukul sepuluh saya langsung kalap buka website kompek. Saya melihat serentetan nama tertulis beserta timnya. Saya scroll down tapi sekolah saya tidak ada. Saya hopeless. Tapi saya tidak patah semangat dan membacanya ulang, lebih teliti. Ternyata nama saya ada!!! Saya masuk 40 besar!!! Langsung saja saya teriak : "Horee!!! Aku ke UI!!!". Sialnya, saya malah kena marah karena teriak-teriak tengah malam. Hehe.

Saya berangkat ke UI tanggal 5 naik kereta. Lomba berlangsung tanggal 7-10. Parahnya lagi saya ada UTS. Kabar gembiranya adalah UTS yang dilaksanakan adalah UTS mandiri. Yeah, jadi saya nyusulnya nggak usah susah payah pakai LJK dengan waktu terbatas. Hehe..

Saya bertandang ke UI dan kagum dengan apa yang ada di sana. Hehe. Kampusnya Hijau banget. Meski Depok lumayan panas tapi di UI mantap deh. Hehe. Tapi saya sempat masuk angin karena AC di salah satu ruangan di FEUI kenceng banget - kata kakak kelas saya yang kuliah di UI saya kampung banget, hehe. Pengalaman lucu yang saya dapat di UI adalah saat saya ngerjain soal. Ada 300 soal dan kelompok saya hanya mengerjakan 161. Hehe. Kami pasrah karena udah benar-benar tidak tahu! Karena sistem penilaiannya SNMPTN, kami memilih mengosongkan jawaban ketimbang salah jawab.

Saat ujian tahap dua yaitu siklus akuntansi saya dan kelompok saya juga ngawur abis. Tapi sebagian sih. Siklus minta dijawab dengan metode perpetual. Gila!! Saya gak tahu! Akhirnya kami kerjakan dengan metode periodik. hehe. Alhasil kami berharap jika tidak masuk 18 besar, peringkat kami jangan di bawah. Alhamdulillah dan nggak nyangka kami ada di peringkat 23. Yah, meskipun besoknya kami tidak masuk 18 besar, tapi setidaknya kami sudah nyoba untuk berlari sampai tahap akhir. Eliminating The Limits ( Tertulis di Blog Alanda Kariza). Yep. We've done it already.